Selamat

Selamat datang di Santri Gubrak
Media Santri Nasionalis, Pluralis dan Indonesianis

Selasa, 07 Desember 2010

Pesantren Ciganjur

Bangunan Pesantren Ciganjur, konon, sudah ada sejak 1999 di bawah naungan Yayasan Wahid Hasyim. Namun karena beberapa hal, bangunan baru diselesaikan dan ditempati pada pertengahan Juli 2003. Sebagai pemangku pesantren ditunjuklah KH Muhamm...ad Musthofa beserta istri dan Bpk. Kholil Zuhdi untuk membimbing santri-santri yang sedang bergulat di dunianya.

Sebagaimana direncanakan, konon, Pesantren Ciganjur ditujukan untuk santri yang berstatus sebagai mahasiswa senior pada program Strata satu semua jurusan. Tujuannya, santri disiapkan untuk membidangi beberapa hal penting yang dubutuhkan, terutama oleh kalangan pesantren. Sebagaimana dalam brosur awal yang dikirimkan ke wilayah-wilayah NU se-Indonesia dan disebar di kampus-kampus Jakarta.

Pesantren Ciganjur mempunyai satu gedung asrama berkapasitas 50 orang dan satu gedung pengkajian dengan ruang perpustakaan hanya disiapkan untuk mahasiswa semester 6 ke atas. Program awal yang ditawarkan adalah English Intensife Course yang dipandu oleh lulusan BEC Pare Kediri.

Maka berdatanganlah sejumlah santri dari Jawa, Madura dan Lampung dengan latar pendidikan formal yang bervariasi. Sebagian besar telah berstatus sebagai mahasiswa di beberapa perguruan tinggi di Jakarta seperti UIN Syahid, LIPIA, dan PTIQ. Sebagian telah berstatus sebagai sarjana. Sebagian masih berfikir, "Hendak kemanakah aku kuliah? Terus hidupnya gimana? ........? Sebagian hanya ingin sebagai santrinya Gus Dur, titik!

Namun yang pasti 90 persennya adalah lulusan pesantren-pesantren di Jombang, Kediri, Kudus, Banten, dan Lampung, Banyuwangi, Magelang dll. Pemangku Pesantren dengan keluwesan hati memang tidak bisa menolak kedatangan santri yang bermacam-ragam itu. Konsekwensinya, beberapa program yang direncanakan harus disesuaikan dengan kecenderugan para santri yang telah mukim. Dua pemandu English Intensife Course pun akhirnya juga ikut menjadi santri.

Sementara, di awal-awal perjalanan pesantren, kegiatan lebih bersifat tukar pengalaman dan diskusi-diskusi internal dengan bimbingan pemangku. Menurut beberapa sumber, jauh-jauh hari sebelum tahun 2003 tersebut, beberapa personal yang kini telah menjadi orang penting juga menyatakan pernah nyantri di Ciganjur. Pernyataan ini semakin menjadikan kami bersemangat meneruskan perjuangan mereka, mewujudkan sebuah pesantren yang digagas dengan semangat penuh keagungan untuk menggali potensi-potensi kearifan lokal yang kian hari kian terdesak oleh globalisme dan bahkan puritanisme Islam sendiri.

Karenanya kami selalu mengundang dan berusaha melibatkan segenap pihak yang terkait secara kultural untuk membesarkan Pesantren Ciganjur ini. Jauh-jauh hari sebelumnya, sejak 1978, Gus Dur sendiri memang telah mengkampanyekan berdirinya Pesantren Ciganjur melalui tulisan-tulisannya di berbagai media cetak dan ceramah-ceramahnya di seantero pelosok Nusantara.

Keseharian Pesantren dan Santrinya
Hingga saat ini (tahun 2009), sejak digawangi oleh KH Muhammad Musthofa dan Ibu Lilik Umi Kultsum, sejak tahun 2003 ketika pertama kali bulan ramadhan mengaji kitab Qotrun Nada, telah silih berganti para santri bermukim di sana. Dalam jumlah resmi yang pernah tercatat sebagai santri-nya Gus Dur di Pesantren Ciganjur berkisar 90-an santri. telah terjadi empat kali pergantian pengurus santri. Lurah pertama bernama M. Lukman asal Batang, Lurah kedua bernama A. Khoirul Anam asal Gresik, Lurah ketiga bernama Syaifullah Amin asal Kudus dan lurah keempat bernama Muhammad Najib asal Pati. Keempat lurah ini telah membantu KH Muhammad Musthofa menyiapkan segala hal yang menyangkut aktifitas-aktifitas pengajian dan aktivitas-aktivitas pesantren lainnya selama 6 (enam) kali bulan Ramadhan. Tentu semua berharap sejarah terus berlanjut dan kita dapat istiqomah ............................

Ada juga para santri musafir (santri kalong) yang singgah sekaligus sowan kepada Gus Dur, dan santri Romadlonan. Sedangkan santri Mukim selalu dibatasi hingga jumlah 20 orang setiap waktu, tidak boleh lebih tidak boleh kurang, jika ada yang ingin masuk, sementara jumlah santri mukim masih ada 20 maka harus rela menunggu hingga ada yang berkurang (pamiyt boyongan).

Konon, menurut mereka yang tinggal, suasana Pesantren Ciganjur yang cocok untuk bertapa mendalami dan mengkaji berbagai hal penting dan dengan bimbingan para pengasuh, beberapa santri yang tetap bertahan semakin mengukuhkan diri sebagai santri yang menjalani hidup dengan penuh keakraban. Ada masak, makan dan minum kopi bersama, gojlogan dan guyonan ala pesantren sambil mengelilingi meja karambol atau catur, serta jagongan dan bahtsul masail; mirip pesantren salaf beneran.

Hingga saat ini, Pengajian Rutin yang tetap berjalan tanpa pernah terganggu oleh suasana apapun adalah Pengajian bersama Dr. M. Luthfi Zuhdi (Ketua Program Pusat Kajian Islam dan Timur Tengah Universiras Indonesia/PKTTI-UI) setiap Ahad pagi, membedah tentang Peta Pergerakan dan pemikiran Arab Kontemporer serta karya-karya klasik monumental semacam al-Muqaddimah-nya Ibnu Khaldun dan Tafsir Ayat al-Ahkam-nya al-Shobuni. Pengajian Rutin Bersama KH. Luqmanul Hakim setiap Senin malam mbalah al-Hikam-nya al-Syahrastani, Tahlil dan Musyawarah bersama Pengasuh setiap malam Jumuah dan Pengajian Bedah Buku bersama Gus Dur setiap akhir bulan. Pengajian bersama KH. Prof. dr. Said Agil Siradj, M.A. telah mengkhatamkan kitab Misykat al-Anwar, kini sedang dalam proses mengkhatamkan kitab al-Milal wa al-Nihal. (Sekarang KHM. Luthfi Zuhdi sedang menjalani tugasnya sebagai Atase Kebudayaan Pemerintah Republik Indonesia di Arab Saudi)

Alhamdulillah, Sekarang Pengajian Bersama Gus Dur dapat diikuti setiap Sabtu pagi. Dimulai sekitar jam 07.00 WIB.
Pengajian ini juga dapat diikuti pula oleh masyarakat umum
Setelah itu dapat mengikuti Pengajian Tafsir bersama KH Dr. Muhammad Khusnul Hakim, MA (Dosen PTIQ Jakarta)

Nafas Pesantren dan Santrinya
Di samping itu para selalu santri terlibat diskusi yang menarik setiap malam Ahad dan Selasa malam serta pengajian klasik tematik setiap malam Kamis. Selebihnya masing-masing santri menjalani aktivitas pribadinya di sudut-sudut kota Jakarta, beberapa di antaranya sering melancong ke daerah-daerah dan bahkan ke luar pulau Jawa. Adapun kerja nyata (produk) yang telah dapat kami persembahkan kepada khalayak adalah penerbitan Jurnal Pesantren Ciganjur, pendirian Perpustakaan Riset dan Pondok Baca untuk anak-anak warga sekitar Pesantren serta Pengajian Romadlonan bersama Gus Dur (semoga Ramadhan Depan juga dapat berjalan lancar) yang diikuti pula oleh masyarakat umum. Beberapa tulisan yang pernah melayang melalui terbitan-terbitan media massa, personal-personal santri yang turut berpartisipasi dalam berbagai aktivitas kelompok-kelompok muda anak bangsa, baik dari unsur NU maupun lainnya. Serta tentu saja website ini merupakan persembahan nyata santri-santri Pesantren Ciganjur kepada para khalayak di dunia maya sebagai bentuk upaya virtualisasi pesantren. Semoga dedikasi ini dapat senantiasa diiringi ketulusan jiwa, keihlasan hati dan beroleh keridloan dari Allah SWT. sebagaimana selalu didawuhken oleh Pengasuh, yang kata Gus Dur, "Itu urusannya De' Mus." Lah padahal, kata Pak Mus, "Ya ...... kata Bapak, Gus Dur."

Nah .......... Selamat bercengkerama dalam suasana penuh keakraban, meski mungkin agak sedikit kuno................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar