Selamat

Selamat datang di Santri Gubrak
Media Santri Nasionalis, Pluralis dan Indonesianis

Jumat, 16 September 2011

“Syi’ir Tanpo Waton” Gus Dur



Gus Dur (Abdurrahman Wahid), pasti kita sudah mengenal beliau. Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari sosok beliau yang sarat pemikiran cemerlang. Salah satu kenang-kenangan dari Gus Dur adalah Syi’ir ‘tanpo waton’. Syi’ir (Syair) ini merupakan sedikit oleh-oleh pemikiran islam beliau bagi segenap umat islam pada khususnya.
Dalam syi’ir ini, beliau berbagi ilmu, kritik bagi sesama muslim, dan banyak hal yang beliau berikan dalam beberapa baris syair. Dari ajakan untuk tidak sekedar membaca Al-Qur’an, namun juga seharusnya kita belajar memahami isinya. Mengkritisi pihak-pihak yang (suka) mengkafirkan orang lain namun tidak memperhatikan kekafiran dirinya sendiri. Dan masih banyak pesan lainnya bagi kita semua.
Sebelumnya, mungkin sudah ada yang posting tentang syi’ir ini di kompasiana. Namun kiranya posting saya ini dapat juga bermanfaat bagi semua. Pemikiran Gus Dur terus dikembangkan dan dipelajari, ada banyak tokoh yang konsisten meneruskan pemikiran beliau, dan melalui facebook, Bapak A.S Hikam berusaha menjaganya disini. Bagi yang berminat untuk mendengarkan alunan Syi’ir Tanpo Waton dengan suara (Alm) Gus Dur dan jama’ah dapat download disini. Dan berikut adalah lirik Syi’ir Tanpo Waton tersebut yang saya copas dari Ustadz Dafid Fuadi.
أَسْتَغْفِرُ اللهْ رَبَّ الْبَرَايَا     *    أَسْتَغْفِرُ اللهْ مِنَ الْخَطَايَا
رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا نَافِعَا     *       وَوَفِّقْنِي عَمَلاً صَالِحَا
ياَ رَسُولَ اللهْ سَلاَمٌ عَلَيْكْ      *    يَا رَفِيْعَ الشَّانِ وَ الدَّرَجِ
عَطْفَةً يَّاجِيْرَةَ الْعَالَمِ      *   ( يَا أُهَيْلَ الْجُودِ وَالْكَرَمِ


Ngawiti ingsun nglaras syi’iran …. (aku memulai menembangkan syi’ir)
Kelawan muji maring Pengeran …. (dengan memuji kepada Tuhan)

Kang paring rohmat lan kenikmatan …. (yang memberi rohmat dan kenikmatan)

Rino wengine tanpo pitungan 2X …. (siang dan malamnya tanpa terhitung)
Duh bolo konco priyo wanito …. (wahai para teman pria dan wanita)

Ojo mung ngaji syareat bloko …. (jangan hanya belajar syari’at saja)

Gur pinter ndongeng nulis lan moco … (hanya pandai bicara, menulis dan membaca)

Tembe mburine bakal sengsoro 2X …. (esok hari bakal sengsara)
Akeh kang apal Qur’an Haditse …. (banyak yang hapal Qur’an dan Haditsnya)

Seneng ngafirke marang liyane …. (senang mengkafirkan kepada orang lain)

Kafire dewe dak digatekke …. (kafirnya sendiri tak dihiraukan)

Yen isih kotor ati akale 2X …. (jika masih kotor hati dan akalnya)


Gampang kabujuk nafsu angkoro …. (gampang terbujuk nafsu angkara)

Ing pepaese gebyare ndunyo …. (dalam hiasan gemerlapnya dunia)

Iri lan meri sugihe tonggo … (iri dan dengki kekayaan tetangga)

Mulo atine peteng lan nisto 2X … (maka hatinya gelap dan nista)
Ayo sedulur jo nglaleake …. (ayo saudara jangan melupakan)

Wajibe ngaji sak pranatane … (wajibnya mengkaji lengkap dengan aturannya)

Nggo ngandelake iman tauhide … (untuk mempertebal iman tauhidnya)

Baguse sangu mulyo matine 2X …. (bagusnya bekal mulia matinya)
Kang aran sholeh bagus atine …. (Yang disebut sholeh adalah bagus hatinya)

Kerono mapan seri ngelmune … (karena mapan lengkap ilmunya)

Laku thoriqot lan ma’rifate …. (menjalankan tarekat dan ma’rifatnya)

Ugo haqiqot manjing rasane 2 X … (juga hakikat meresap rasanya)
Al Qur’an qodim wahyu minulyo … (Al Qur’an qodim wahyu mulia)

Tanpo tinulis biso diwoco … (tanpa ditulis bisa dibaca)

Iku wejangan guru waskito … (itulah petuah guru mumpuni)

Den tancepake ing jero dodo 2X … (ditancapkan di dalam dada)
Kumantil ati lan pikiran … (menempel di hati dan pikiran)

Mrasuk ing badan kabeh jeroan …. (merasuk dalam badan dan seluruh hati)

Mu’jizat Rosul dadi pedoman …. (mukjizat Rosul(Al-Qur’an) jadi pedoman)

Minongko dalan manjinge iman 2 X … (sebagai sarana jalan masuknya iman)
Kelawan Alloh Kang Moho Suci … (Kepada Alloh Yang Maha Suci)

Kudu rangkulan rino lan wengi ….. (harus mendekatkan diri siang dan malam)

Ditirakati diriyadohi … (diusahakan dengan sungguh-sungguh secara ihlas)

Dzikir lan suluk jo nganti lali 2X … (dzikir dan suluk jangan sampai lupa)
Uripe ayem rumongso aman … (hidupnya tentram merasa aman)

Dununge roso tondo yen iman … (mantabnya rasa tandanya beriman)

Sabar narimo najan pas-pasan … (sabar menerima meski hidupnya pas-pasan)

Kabeh tinakdir saking Pengeran 2X … (semua itu adalah takdir dari Tuhan)
Kelawan konco dulur lan tonggo … (terhadap teman, saudara dan tetangga)

Kang podho rukun ojo dursilo … (yang rukunlah jangan bertengkar)

Iku sunahe Rosul kang mulyo … (itu sunnahnya Rosul yang mulia)

Nabi Muhammad panutan kito 2x …. (Nabi Muhammad tauladan kita)
Ayo nglakoni sakabehane … (ayo jalani semuanya)

Alloh kang bakal ngangkat drajate … (Allah yang akan mengangkat derajatnya)

Senajan asor toto dhohire … (Walaupun rendah tampilan dhohirnya)

Ananging mulyo maqom drajate 2X … (namun mulia maqam derajatnya di sisi Allah)
Lamun palastro ing pungkasane … (ketika ajal telah datang di akhir hayatnya)

Ora kesasar roh lan sukmane … (tidak tersesat roh dan sukmanya)

Den gadang Alloh swargo manggone … (dirindukan Allah surga tempatnya)

Utuh mayite ugo ulese 2X … (utuh jasadnya juga kain kafannya)


ياَ رَسُولَ اللهْ سَلاَمٌ عَلَيْكْ       *          يَا رَفِيْعَ الشَّانِ وَ الدَّرَجِ
عَطْفَةً يَّاجِيْرَةَ الْعَالَمِ       *           يَا أُهَيْلَ الْجُودِ وَالْكَرَمِ
Semoga bermanfaat,

http://sosbud.kompasiana.com/2011/03/18/syiir-tanpo-waton-gus-dur/

Maroko Butuh Peran Ulama Indonesia

Rabat, NU Online
Guru Besar Ilmu Sejarah Prof  Dr. Mariam Ait Ahmed Universitas Ibnu Tofail (UIT), Kenitra Maroko mengungkapkan, ulama Maroko harus belajar pada ulama Indonesia.

”Maroko dengan ulama-ulamanya mungkin telah ikut berperan bagi Islam di Indonesia pada awal penyebarannya. Tapi saat ini Maroko butuh peran Indonesia.”
Mariam Ait Ahmed mengungkapkan hal itu pada sebuah forum ilmiah di mana Pengasuh Pesantren Al-Anwar KH Maimoen Zubair menyampaikan  pidato di Fakultas Sastra dan Humaniora, Universitas Ibnu Tofail (UIT), Kenitra, 30 km dari Rabat, Maroko, Rabu (14/9).

Mariam Ait Ahmed mengatakan, Maroko dan Indonesia harus saling belajar dan bertukar pengalaman dengan segala kemajuan yang telah dicapai orang Islam Indonesia.

“Indonesia adalah negara dengan jumlah muslim terbesar di dunia saat ini. Ini penting bagi perkembangan dunia Islam,” tegasnya.

Sementara itu, KH Maimoen Zubair (85) yang berpidato dengan judul “Perkembangan dan Kemajuan Islam di Indonesia” menyampaikan bahwa Maroko puna andil besar dalam proses pengetahuan keislaman di Indonesia. “Sejak Islam awal hingga kini, Indonesia terus menjalin hubungan dengan Maroko,” katanya.

“Masyarakat muslim Indonesia sesungguhnya mencintai Maroko secara zohir dan batin sejak dahulu kala”, ujar Mbah Maimoen, demikian KH Maimoen Zubair.

Mbah Maimoen menjelaskan bahwa masyarakat di Indonesia mengenal Maroko sejak Ibn Batutah (pengelana muslim termasyhur, red.) menginjakkan kaki di Nusantara. Dan hingga saat ini, jelasnya, kitab-kitab ulama Maroko menjadi pelajaran wajib bagi pesantren-pesantren di Indonesia.

“Kitab dasar nahwu al-Ajurrumiyah karya Imam Sonhaji dan kitab amalan harian Dalalil Al Khairat karya Imam Jazuli dipakai oleh mayoritas muslim di Indonesia. Hubungan Indonesia-Maroko sesungguhnya seperti hubungan murid dan guru,” ungkapnya.
Dalam kunjungan Muhibbah pertama kalinya ke Maroko ini, Mbah Maimoen akan bertemu Sekjen majlis ulama Maroko Prof. Dr. Ahmed Yesif, mursyid Thoriqoh Tijaniyah Syekh Syarif Mohamed Al Kabir Al Tijani. Dia juga mengunjungi beberapa kampus penting, di antaranya Kampus Taklim Al Atiq Imam Nafi di kota Tanger serta mengadakan diskusi.

Di akhir forum, Mbah Maimoen menerima cinderamata penghargaan dari Dr. Ahmed El Mahmoudi berupa kitab Tasawuf Al Durroh Al Kharidah Syarh  Al Yaqutah Al Faridah karangan ulama Maroko Muhammad Abdul Wahid As Sousi.

Forum ilmiah itu digelar atas kerjasama KBRI Rabat dengan UIT. Tampak hadir Duta Besar RI untuk kerajaan Maroko Tosari Widjaja dan Ibu, Rektor UIT Prof. Abderrahmane Tenkoul, Dekan Fakultas Sastra & Humaniora Prof. Dr. Abdelhanine Belhaj, Ketua Program Studi Islam Prof. Dr. Salam Abrich, para staf KBRI Rabat, dosen, mahasiswa dari berbagai fakultas di UIT serta Pehimpunan Pelajar Indonesia di Maroko.

http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/1/33926/Warta/Maroko_Butuh_Peran_Ulama_Indonesia.html

Dunia Internasional Akui Peranan NU Prakarsai Perdamaian di Indonesia



Jerman, NU Online
Pengakuan dunia internasional terhadap Nahdlatul Ulama kembali datang dan kali ini disampaikan salah satu tokoh peserta Internasional Meeting for Peace di Munich, Jerman. NU dianggap berhasil membahasakan syariah dengan baik, hingga menghasilkan tata kehidupan yang harmonis di Indonesia.

Pengakuan itu disampaikan oleh salah seorang tokoh agama dari Bosnia Herzigovina, Mustafa Cerik. NU dianggap memiliki peranan yang besar dalam terciptanya kedamaian di Indonesia, melalui sifatnya yang moderat dan menjunjung tinggi toleransi.

"Propaganda membela holy land tidak ada artinya jika kenyataanya menjadikan holy war. Karena itu menjadi penting membumikan syariah dengan seni perdamaian, dan Nahdlatul Ulama sudah bisa melakukan itu di Indonesia," kata Mustafa dalam diskusi panel ke 31 International Meeting for Peace, Kamis, 15 September 2011 waktu Jerman.

Selain Mustafa Cerik, panel ke 31 diisi oleh tokoh lintas agama dari sejumlah negara lain, diantaranya Gregorius III Laham (Patriarca di Antiochia dei Greco Melchiti Cattolici, Syiria), Mahmoud Azab (Al Azhar Mesir), Mar Ignatius Joseph III Younan (Siro Catolici, Syiria) Sayyid Jawwad Al Khoei dari Iraq dan Michel Samtier dari Perancis. Di panel ini NU diwakili Sekjen H. Marsudi Syuhud.

Sementara Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siroj, dalam sesi Dialog Islamo Cristiano Una Nuova Stagione di Munich, Jerman, yang juga diikuti oleh tokoh agama dari sejumlah negara menyampaikan, peradaban dunia yang dinikmati manusia dewasa ini tidak lepas dari kontribusi Islam sebagai agama yang berdimensi aqidah, syariah dan ilmu pengetahuan serta budaya. Al Quran telah mengabadikan nilai-nilai yang dibangun agama sebelumnya, sebagai bentuk komitmen meneruskan dan mengembangkan peradaban yang sudah ada.

"Surat Maryam dalam Al Quran menjadi bukti nyata komitmen Islam dalam membangun peradaban dunia," kata Kiai Said tegas.

Kang Said, demikian Kiai Said biasa disapa menjelaskan, Surat Maryam adalah bentuk proteksi Islam atas kesucian Maryam yang diambil dari agama samawi terdahulu. Karena itu surah Maryam adalah simbol atas penghormatan Islam terhadap perempuan.

Kang Said berada di Jerman sebagai salah satu wakil dari Indonesia dalam International Meeting for Peace. Selain untuk acara tersebut, kunjungan Kang Said juga diagendakan menggelar pertemuan dengan Istead University, untuk membicarakan kerjasama di antara kedua belah pihak. Istead University sendiri kedudukannya sangat penting dalam konteks kebijakan Uni Eropa di Asia.
http://www.nu.or.id/page/id/dinamic_detil/1/33933/Warta

/Dunia_Internasional_Akui_Peranan_NU_Prakarsai_Perdamaian_di_Indonesia.html

Mari Mengenal 10 Masjid Tertua di Indonesia

Islam pertama kali masuk ke Indonesia pada abad 7 Masehi. Kala itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bertaraf internasional melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani umayyah di Asia Barat sejak abad 7.
MASUKNYA Islam ke Tanah Air serta merta membawa warna budaya tersendiri, termasuk arsitektur bangunan. Sebagai tempat beribadah kaum Muslim, masjid di Indonesia memiliki corak yang beragam, bergantung daerah dibangun dan latar belakang pendirinya.
Inilah 10 Masjid Tertua di Indonesia:
1. Masjid Saka Tunggal (1288)
Masjid Saka Tunggal terletak di Desa Cikakak Kecamatan Wangon dibangun pada tahun 1288 sebagaimana terukir di Guru Saka (Pilar Utama) masjid. Tapi dalam membuat masjid ini lebih jelas ditulis dalam buku-buku kiri oleh para pendiri masjid ini adalah Kyai Mustolih. Sayangnya, koleksi buku ini telah hilang bertahun-tahun yang lalu. Setiap tanggal 27 rajab diadakan ziarah di masjid dan membersihkan makam Kyai Jaro Mustolih. Masjid ini terletak kurang lebih 30 km dari kota Purwokerto. Disebut Saka Tunggal untuk membangun tiang yang digunakan untuk membentuk hanya satu tiang (tunggal). Pilar tunggal melambangkan ALLAH adalah hanya satu ALLAH SWT.
2. Masjid Wapauwe (1414)
Masjid ini masih terawat dengan baik. Bangunan aslinya juga menyimpan beberapa benda warisan seperti drum, tulisan tangan Al Quran, skala batu yang beratnya 2,5 kg dan logam perhiasan. Jika drum atau beduk dipukul maka suaranya akan terdengar sampai seluruh desa, mengundang orang untuk datang ke masjid. Kitab suci Al Quran tulisan tangan di masjid ini pernah dipamerkan di Festival Istiqlal di Jakarta.
3. Masjid Ampel (1421)
Masjid Ampel adalah masjid kuno yang berada di bagian utara Kota Surabaya, Jawa Timur. Masjid ini didirikan oleh Sunan Ampel dan di dekatnya terdapat kompleks makam Sunan Ampel. Saat ini Masjid Ampel merupakan salah satu daerah tujuan wisata religi di Surabaya. Masjid ini dikelilingi oleh bangunan dengan arsitektur tiongkok dan arab.
4. Masjid Agung Demak (1474)
Masjid ini terletak di desa Kauman, Demak, Jawa Tengah. Masjid ini dipercayai pernah merupakan tempat berkumpulnya para ulama (wali) penyebar agama Islam, disebut juga Walisongo, untuk membahas penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak, pada sekitar abad ke-15 masehi.
5. Masjid Sultan Suriansyah (1526)
Masjid Sultan Suriansyah adalah sebuah masjid bersejarah yang merupakan masjid tertua di Kalimantan Selatan. Masjid ini dibangun pada masa pemerintahan Tuan Guru (1526-1550), Raja Banjar yang pertama masuk Islam. Masjid ini terletak di utara Kecamatan Kesehatan, Banjarmasin Utara, Banjarmasin, daerah yang dikenal sebagai Banjar Lama yang merupakan ibukota Kesultanan Banjar untuk pertama kalinya.
6. Masijd Menara Kudus (1549)
Disebut juga sebagai Mesjid Al Aqsa dan Mesjid Al Manar adalah masjid yang dibangun oleh Sunan Kudus pada tahun 1549 masehi atau tahun 956 hijriah dengan menggunakan batu dari Baitul Maqdis dari Palestina sebagai batu pertama. Masjid ini terletak di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Mesjid ini berbentuk unik, karena memiliki menara yang serupa bangunan candi. Masjid ini adalah perpaduan antara budaya Islam dengan budaya Hindu.
7. Masjid Agung Banten (1552-1570)
Masjid Agung Banten termasuk masjid tua yang penuh nilai sejarah. Setiap harinya masjid ini ramai dikunjungi para peziarah yang datang tak hanya dari Banten dan Jawa Barat, tapi juga dari berbagai daerah di pulau Jawa. Masjid ini terletak di kompleks bangunan masjid di Desa Banten Lama, sekitar 10 km sebelah utara Kota Serang. Masjid ini dibangun pertama kali oleh Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama Kesultanan Demak. Ia adalah putra pertama Sunan Gunung Jati.
8. Masjid Mantingan (1559)
Masjid Mantingan adalah masjid kuno di Desa Mantingan, Kecamatan Tahunan, Jepara, Jawa Tengah. Masjid ini didirikan di Kesultanan Demak pada tahun 1559. Ubin untuk lantainya didatangkan dari Makau, Cina. Bubungan atap bangunan gaya termasuk Cina. Dinding luar dan dalam dihiasi dengan piring tembikar bergambar biru, sedang dinding sebelah tempat imam salat dihiasi dengan relief persegi bergambar margasatwa dan penari penari diukir di batu kuning tua.
9. Masjid Al-Hilal Katanga (1603)
Masjid ini dibangun pada tahun 1603 masehi pada masa pemerintahan Taja Gowa-24, Aku Manga’ragi Daeng-Manrabbiakaraeng Lakiung atau Sultan Alauddin. Kemudian pada tahun 1605 masjid ini berganti nama Masjid Katangka. Masjid  Al-Hilal Katanga berukuran 14,1 x 14,4 meter dan sebuah bangunan tambahan 4,1 x 14,4 meter. Tinggi bangunan 11,9 meter dan tebal dinding 90 sentimeter.
10. Masjid Tua Palopo (1604)
Didirikan oleh Raja Luwu bernama Sultan Abdullah Matinroe pada tahun 1604. Masjid yang memiliki luas 15 m2 ini diberi nama Orang Tua, karena usia yang sudah tua. Sedangkan nama Palopo diambil dari kata dalam bahasa Bugis dan Luwu memiliki dua arti, yaitu: Pertama, makanan yang terbuat dari campuran beras ketan dan air gula. Kedua, memasukkan pasak dalam lubang tiang bangunan. Kedua makna memiliki hubungan dengan proses pembangunan Masjid tua Palopo ini.

sumber : http://monitorindonesia.com/?p=42511

Kamis, 08 September 2011

Maher Zain


Maher Zain (bahasa Arab: ماهر زين – lahir 16 Maret 1981; umur 30 tahun) adalah penyanyi R&B Swedia, penulis lagu dan produser musik asal Lebanon. Dia juga tinggal untuk sementara di Amerika Serikat. Album debutnya Thank You Allah, dengan 13 lagu dan dua lagu bonus dirilis pada 1 November 2009, dengan Versi Perkusi eksklusif dan Versi Perancis dirilis tak lama kemudian. Dia bernyanyi terutama dalam bahasa Inggris, namun juga, antara lain, dalam bahasa Perancis, Arab, Urdu, Turki, Melayu, dan Indonesia . Lagu yang berkesan menurutnya adalah lagu dengan judul Thank you Allah. Karena lagu tersebut diakui mewakili perjalanan hidupnya. From wrong to the right way.

Kehidupan awal

Keluarganya pindah ke Swedia ketika Maher masih umur delapan tahun, disana ia melanjutkan pendidikannya. Maher mendapat keyboard pertama ketika ia berusia sepuluh tahun. Ia kemudian masuk Universitas dan mendapat gelar sarjana dalam Aeronautical Engineering. Selama masa remajanya, ia senang menghabiskan larut malam di sekolah dengan teman-temannya di mana mereka akan bernyanyi, rap, menulis dan bereksperimen dengan musik.

2008: Keterlibatan dengan RedOne

Setelah terlibat untuk sementara waktu di kancah musik sebagai produser musik, Maher diperkenalkan ke RedOne, produser musik Swedia Asal Maroko di Swedia. Maher mulai bekerja dengan RedOne pada beberapa proyek-proyek yang terakhir. Kemudian, ia pindah ke New York di mana ia mengambil bagian dalam memproduksi Kat DeLuna pada album debutnya termasuk hits "mengeluh" dan "menjalankan pertunjukan". Ia kemudian kembali untuk sementara ke Swedia di mana dia punya rohani 'kebangkitan'.

2009-2010: Puncak kesuksessan & Thank You Allah

Maher Zain di Konser "Save The Soul", Oktober 2010.
Pada Januari 2009, Maher Zain mendaftar dan mulai bekerja pada album dengan Awakening Records. Album ini memuncak di nomor 2 di Amazon Album dunia grafik. Melalui album ini, ia memperoleh 8 X platinum pada Malaysia dengan penjualan 120.000 unit. Setelah merilis album ini, dia merilis beberapa versi lain dari album, yang versi perkusi pada 2009 dan Platinum Edition pada 2011.

2011-sekarang: masa depan rencana dan album studio mendatang

Maher Zain mengumumkan bahwa ia telah merilis versi bahasa Melayu untuk "Insya Allah", setelah merilis versi bahasa Perancis dan Arab bersama dengan video, sambil menambahkan bahwa itu akan menjadi lagu di album kedua.
Fadly dari band Indonesia PADI juga berkontribusi terhadap "Insya Allah" dalam Bahasa Indonesia. Maher juga menyanyikan "For The Rest of My Life" dalam bahasa Indonesia berjudul "sepanjang hidup". Yang dirilis melalui Sony Music Indonesia.
Video musik lain dari Maher dirilis berjudul 'Freedom' pada akhir April.

Diskografi

Penghargaan

  • Pada Januari 2010, Maher Zain memenangkan lagu terbaik tahun 2009 untuk 'Ya Nabi Salam Alayka', Nujoom FM, stasiun arus utama musik terbesar di Timur Tengah. Ia mengalahkan lain atas penyanyi grafik yang termasuk tapi tidak terbatas untuk Hussein Al-Jismi, Mohammed Mounir dan Sami Yusuf.

Mengkaji dan Mengenal Makna Kata "Surga" Untuk Adam A.S (Part 2)

  AlQur'an banyak sekali bercerita masalah penciptaan manusia yang pertama oleh Allah Swt, yaitu Adam hingga kronologi turunnya Adam bersama sang istri, Siti Hawa, untuk menjadi khalifah dibumi.
Dalam banyak ayat, AlQur'an mengatakan bahwa tempat mula-mula Adam dan Hawa adalah disuatu tempat bernama "Jannah", yang oleh kebanyakan ahli tafsir diterjemahkan sebagai "surga", sebagaimana surga yang dijanjikan untuk orang-orang yang beriman pada hari kemudian.

Tetapi ... benarkah demikian adanya ?
Tidakkah akan dijumpai beberapa kejanggalan dan menimbulkan masalah yang irrasional dan bertentangan dengan akal pikiran manusia, begitu memasuki pemahaman AlQur'an lebih jauh lagi ?
Bukankah Allah sendiri mengatakan bahwa AlQur'an itu adalah kitab petunjuk bagi orang yang bertakwa dan suatu kitab yang isinya mudah dipahami ?

"Kitab ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa."
(QS. 2:2)
"Sesungguhnya Kami menjadikan AlQur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya)."
(QS. 43:3)
Dan memang, pilihan Allah terhadap bahasa Arab sebagai bahasa Qur'an agar mudah dipahami rasanya sangat tepat sekali, karena bahasa Arab adalah bahasa yang kaya akan makna dan gaya bahasa serta memiliki seni keindahan tersendiri, baik dari tata bahasanya, cara pelafazannya dan lain sebagainya. Apalagi memang Rasul Muhammad Saw sendiri diutus dari kalangan bangsa Arab, yang secara otomatis bahasa Arab menjadi bahasa ibunya.

"Dan jika Kami jadikan dia /sebagai/ bacaan asing tentulah mereka bertanya : "Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya ?". Apakah /patut bahasanya/ asing dan /Rasul adalah orang/ Arab ?"
(QS. 41:44)
Kembali kita pada permasalahan semula, yaitu mengenai kata-kata Jannah yang disebut didalam AlQur'an sebagai tempat tinggal Adam dan istrinya sebelum diturunkan kebumi, tidaklah tepat kita artikan sebagai surga.

Ada pengertian lain yang lebih tepat untuk penafsiran kata Jannah ketimbang dari penafsiran surga, yaitu Kebun yang subur !
Dan memang Jannah dalam bahasa Arab dapat berarti kebun dan dapat juga diartikan sebagai surga.

Dalam hal ini, A. Hassan untuk tafsir Al-Furqan-nya tetap memakai istilah Jannah untuk tempat tinggal Adam yang pertama kali, dengan menggunakan catatan kaki pada hal. 10 ...."tinggallah di Jannah (kebun atau surga) ini...."
Sementara banyak pula tafsiran lain, termasuk versi Depag RI yang menggunakan pengertian surga untuk tafsiran kata Jannah
Untuk itu, mari kita bahas lebih jauh lagi dengan berdasarkan dalil-dalil Qur'an, logika dan Science modern.

Adam diciptakan oleh Allah untuk menjadi khalifah dibumi
Dan sementara itu Adam tinggal di jannah yang terletak disuatu tempat
lalu Adam dan Hawa melanggar atas skenario yang sudah ditentukan Tuhan
selanjutnya Adam dan Hawa dipindahkan atau diturunkan dari Jannah itu menuju kedunia sebagaimana yang sudah dikehendaki oleh Allah semula.

"Ketika Tuhan-mu berkata kepada Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak jadikan seorang khalifah dibumi !". Mereka bertanya: "Apakah Engkau mau menjadikan padanya makhluk yang akan membuat bencana padanya dan akan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ?"
Dia menjawab: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui !".
(QS. 2:30)
"Hai Adam ! tinggallah engkau dan istrimu di Jannah serta makanlah oleh kamu berdua apa-apa yang disukai, tetapi janganlah kamu mendekati Syajaratu, karena kamu akan termasuk golongan mereka yang zhalim".
(QS. 7:19)
Mungkinkah Adam saat itu tinggal disurga bersama dengan Jin dan malaikat ?
Ingat ... Iblis adalah segolongan dari Jin
Hanya saja saat itu mereka belum ingkar, sampai pada saat perintah sujud kepada Adam
Setan dan Iblis itu adalah dua nama untuk satu mahkluk jahat
Dan Makhluk jahat ini kita klasifikasikan atas 2 :
  1. Golongan Jin
  2. Golongan manusia
"Dan ingatlah, ketika Kami memerintah kepada malaikat: "Sujudlah kepada Adam !", lalu mereka sujud kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, maka ia durhaka kepada perintah Tuhannya !"
(QS. 18:50)
"Dan demikianlah Kami jadikan bagi setiap Nabi itu musuh, syaitan-syaitan /dari/ manusia dan jin, sebahagian mereka membisikkan kebohongan kepada sebahagian yang lain sebagai tipu daya."
(QS. 6:112)
Sekarang jika kita memahami pengertian Jannah sebagai surga yang akan kita tempati pula pada hari akhir nanti :

Apakah Adam tinggal disurga bersama jasad kasarnya ?
Apakah dia juga bisa melihat Tuhan ? melihat malaikat ? melihat Jin ?
Bukankah Tuhan berfirman ataupun berkata-kata kepada Adam ? hal ini mengingat dalam Qur'an tidak ada disebutkan bahwa Tuhan mewahyukan kepada Adam selama dia masih didalam Jannah melalui perantara Jibril.
Bukankah juga Adam melihat akan sujudnya para malaikat kepada dirinya ? atau tidak ?

Iblis jelas sudah ingkar, tapi kenapa masih ada dalam surga yang suci ?
Buktinya dia masih bisa merayu Adam dan istrinya untuk mendekati Syajarah
dalam terjemahan Indonesia, biasanya ditafsirkan sebagai "pohon terlarang dalam surga"
Adakah hubungan antara Jannah tempat tinggal Adam pada mulanya itu dengan Jannah yang dikatakan terletak didekat Sidratul Muntaha, dimana Rasulullah Muhammad Saw melakukan perjalanan Mi'rajnya seperti pada surah 53:15 ?


======++**#**++=======



  Adam pada mulanya tinggal disebuah kebun yang sangat subur yang terletak disuatu tempat yang tinggi, Adam memang bisa melihat malaikat dan Jin namun Adam tidak bisa melihat Tuhan karena halusnya zat dari Tuhan itu sendiri dan bersesuaian dengan ayat 6:103

"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala penglihatan itu karena Dia amat Halus lagi Mengetahui."
(QS. 6:103)
Percakapan yang terjadi antara Tuhan dengan Adam as dibatasi oleh penghalang yang dalam AlQur'an disebut dengan tabir/hijab sebagaimana pada ayat 42:51

"Dan tidak bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata kepadanya melainkan dengan ilham atau dari belakang tabir (hijab) atau Dia mengirim utusan /malaikat/ lalu dia mewahyukan dengan seizin-Nya apa-apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.
(QS. 42:51)
Dialog dan sujudnya para malaikat dan Jin terhadap Adam terjadi secara real, juga terhadap ingkarnya Iblis terjadi secara nyata dihadapan Adam as dengan kata lain disaksikan oleh Adam as
.

Hal ini dapat kita terima secara logis,
Dalam ilmu agama, batin atau tenaga dalam, ada yang disebut dengan kasyaf atau tembus pandang
dimana seseorang dapat melihat tembus hal-hal ghaib yang orang lain tidak mampu melihatnya
hal ini seringkali kita temukan dalam dunia sehari-hari

"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa itu benar. Dan tidakkah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menyaksikan segala sesuatu ?"
(QS. 41:53)
Ayat diatas dapat dipergunakan secara umum, karena memang amat sangat banyak tanda-tanda kekuasaan dan ilmu Tuhan itu didalam diri kita selaku manusia ini, baik itu dimulai dari bentuk jasmani/phisik sampai pada anatomi tubuh bagian dalam, yang melingkupi sel-sel, tulang, darah dan sebagainya.
Mari kita baca ayat berikut ini :

"Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari Jannah itu -- DAN DIKELUARKAN DARI KEADAAN SEMULA -- dan Kami berfirman: "Turunlah kamu ! Sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kelengkapan hidup sampai waktu yang ditentukan".
(QS. 2:36)
Keadaan semula ini bisa juga diterjemahkan dengan terkeluar dari keadaan yang mereka sudah ada padanya.
Sekarang yang menjadi pertanyaan.......keluar dari keadaan semula atau keadaan yang sudah ada pada mereka yang bagaimanakah maksudnya ?
Apakah ini bisa diartikan bahwa Adam dan Hawa dikeluarkan dari kesucian mereka, bukankah mereka sebelumnya makhluk yang suci sebelum akhirnya melanggar ?
Ataukah merupakan keluarnya mereka dari keadaan kasyaf mereka mula-mula yang dapat melihat segala sesuatu selain zat Allah yang Maha Halus.
Namun, jika kita mengatakan bahwa maksud dari dikeluarkan dari keadaan semula adalah dikeluarkannya Adam dan istrinya dari Jannah, maka hal itu kurang tepat, sebab pernyataan yang demikian, yaitu masalah pengeluaran Adam ini disebutkan pada kalimat berikutnya, pada saat Allah berfirman menyuruh mereka pergi (setelah kesalahannya diampuni oleh Allah).
Silahkan melihat kembali ayat 2:36 tersebut dengan lebih teliti dan lihat juga Surah 20:122 dan 123 !

"Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari Jannah itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu ! Sebahagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kelengkapan hidup sampai waktu yang ditentukan".
(QS. 2:36)
"Kemudian Tuhannya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk. Allah berfirman:Turunlah kamu berdua dari Jannah bersama-sama, sebagian kamu menjadi musuh sebahagian yang lain. Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka."
(QS. 20:122-123)
Pada surah 20:122 dikatakan bahwa Tuhan memilihnya (Adam), ini bisa kita tafsirkan bahwa Allah memilih Adam atau dalam hal ini berperan sebagai makhluk manusia yang dekat denganNya dan merupakan makhluk yang paling mulia dari semua makhluk Allah yang ada yang sudah diciptakan oleh Allah.
Namun kata Tuhan memilihnya ini juga bisa kita tafsirkan dengan terpilihnya Adam dari makhluk-makhluk Allah yang telah lebih dulu ada dan tercipta untuk mendiami planet bumi.
Dan memang benar tidak dijelaskan secara nyata bahwa Allah akan menunjuk manusia sebagai penghuni bumi, tetapi pendapat yang demikian kiranya bisa dibantah oleh surah 2:30-34 yang jelas menunjukkan bahwa Allah telah menjadikan Adam sebagai makhluk yang akan memegang tampuk kekhalifahan Tuhan dibumi.

"Ketika Tuhan-mu berkata kepada Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak jadikan seorang khalifah dibumi !". Mereka bertanya: "Apakah Engkau mau menjadikan padanya makhluk yang akan membuat bencana padanya dan akan menumpahkan darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ?"
Dia menjawab: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui !".
(QS. 2:30)
"Lalu Dia mengajarkan kepada Adam keterangan-keterangan itu semuanya, kemudian Dia menunjukkan benda-benda itu kepada para Malaikat seraya berkata: "Sebutkanlah kepada-Ku keterangan-keterangan ini jika memang kamu makhluk yang benar !" Mereka menjawab:"Maha Suci Engkau ! tiada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Mengetahui, Bijaksana."
(QS. 2:31-32)

Catatan :
Sebenarnya terjemahan "Hakim" dengan "Maha bijaksana" pada ayat terakhir 32 (Innaka Antal 'alimul Hakim) kuranglah tepat, karena arti Hakim ialah Yang mempunyai Hikmah. Hikmah adalah penciptaan dan penggunaan sesuatu yang sesuai dengan sifat, guna dan faedahnya. Tetapi disini diartikan dengan "Maha Bijaksana" karena dianggap arti tersebut hampir mendekati pengertian "Hakim".
  Sekarang jika benar bahwa Adam dapat melihat Iblis, kenapa Adam dapat terpedaya oleh Iblis ?
Bukankah Adam dapat melihat Iblis ?

Benar Adam dapat melihat Iblis pada waktu itu, tapi Iblis sendiri sejak dia menolak untuk hormat kepada Adam, sudah bersumpah kepada Tuhan untuk menyesatkan mereka dan keturunannya kelak dikemudian hari.
Iblis sendiri dan juga Adam, tidak mengetahui bahwa semuanya itu sudah diatur oleh Allah.
Allah menyatakan bahwa Dia akan menjadikan Adam khalifah dibumi hanya kepada malaikat, bukan kepada Adam dan bukan juga kepada Jin/Iblis !

Selanjutnya, Allah menciptakan Adam dan disuruhlah malaikat dan Jin untuk bersujud, hormat kepadanya.
Salah satu golongan dari Jin, yaitu Iblis, menolak perintah Allah tersebut dengan bersombong diri bahwa dia lebih mulia ketimbang Adam dalam hal kejadiannya.
Allah menegur Iblis dan Iblis memintakan penangguhan dirinya hingga hari kiamat kelak. Permintaan Iblis dikabulkan oleh Allah dan jadilah Adam diberikan ujian terhadap Iblis, sedang Iblis sendiri tidak sadar bahwa dengan godaannya itulah justru kehendak Allah akan tercapai, yaitu menjadikan Adam dan keturunannya khalifah dibumi, bukan diJannah tersebut.
Inilah sedikit bukti bahwa Adam dapat melihat para Malaikat, Jin dan Iblis :

Dan dia bersumpah kepada keduanya: "Sesungguhnya aku ini bagi kamu, termasuk dari mereka yang memberi nasehat." (QS. 7:21)
Bagaimanakah Iblis dapat mengucapkan sumpah pada keduanya jika dia tidak dapat dilihat oleh Adam dan istrinya ?
Belum lagi pada waktu Allah mengingatkan kepada Adam pada waktu Iblis menyatakan keingkarannya terhadap perintah Tuhan agar dia sujud, menghormat kepada Adam as, tentunya Adam menyaksikan peristiwa penolakan Iblis itu dan langsung Allah mewanti-wanti Adam terhadap makhluk itu :

Lalu Kami berkata: "Hai Adam ! sesungguhnya ini musuh bagimu dan bagi isterimu, maka janganlah ia mengeluarkan kamu berdua dari Jannah, karena engkau akan menjadi susah."
(20:117)
Selanjutnya, akan saya ketengahkan satu Hadits Qudsi yang mendukung pendapat bahwa Adam dapat melihat mereka:

Abdullah bin Muhammad bercerita kepada kami, Abdur Razaq bercerita kepada kami dari Ma'mar dari Hammam dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi Saw bersabda : "Allah menciptakan Adam, tingginya 60 hasta", kemudian Allah berfirman: "Pergilah, berilah salam kepada malaikat itu, dan dengarkan penghormatan mereka kepadamu itulah penghormatanmu dan penghormatan keturunanmu". Adam berkata: "Assalamu'alaikum /semoga kesejahteraan tetap atasmu/". Mereka menjawab: "Assalamu'alaikum warahmatullah /semoga kesejahteraan dan rahmat Allah atasmu/". Mereka menambah wa rahmatullah /dan rahmat Allah/. Setiap manusia yang masuk surga dengan bentuk seperti Adam, penciptaan itu senantiasa berkurang sampai sekarang."
Ditahrijkan oleh Al Bukhari dalam kitab Bad'ul Khalqi, Bab Khalqu Adam jilid IV, hal 131 dan termaktub dalam buku Kelengkapan Hadist-Qudsi terbitan CV. Toha Putra Semarang yang aslinya diterbitkan oleh Lembaga AlQur'an dan AlHadist Majelis Tinggi Urusan Agama Islam Kementrian Waqaf Mesir, Bab 10 : Tentang Penciptaan Adam halaman 158 s.d 175.

Dan Adam memang berhasil diperdaya oleh Iblis untuk mendekati pohon terlarang
Tapi .... benarkah didalam Jannah atau kebun itu terdapat sebuah pohon yang terlarang untuk dimakan buahnya oleh Adam dan istri ?
Mari kita tinjau dulu arti pohon terlarang ini dari ayat aslinya :

Istilah yang dipakai oleh Qur'an untuk menyatakannya adalah dengan Syajaratu atau Syajarah yang selalu ditafsirkan oleh para penafsir Qur'an dengan kata pohon.
Padahal tidak demikian adanya.

Istilah Syajaratu memiliki pengertian Pertumbuhan, dan istilah Syajarah berarti Bertumbuh bukan = pohon.
Adapun yang berarti pohon ialah Syajaruh, seperti yang tercantum pada ayat 16/68, 27/60, 36/80 dan 55/6.
Istilah Syajarah atau Syajaratu yang juga berarti 'Pertumbuhan' akan kita dapati pada surah 48:18 sbb :

Sesungguhnya Allah telah ridho terhadap orang-orang yang beriman itu ketika mereka berjanji setia kepadamu dibawah 'Pertumbuhan', Dia mengetahui apa yang dihati mereka lalu Dia menurunkan ketentraman atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat."
(QS. 48:18)
Pertumbuhan pada terjemahan diatas ini adalah perkembangan iman atau pertumbuhan Islam sewaktu AlQur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Waktu itu Allah memberikan ketenangan dalam hati orang-orang Islam walaupun ketika itu keadaan musuh sangat membahayakan.
Hal semacam ini terjadi sebagaimana juga pada perjanjian Aqabah pertama /Bai'atul Aqabatil Ula/ yang sering disebut juga dengan nama Bai'atun Nisaa' /Perjanjian wanita/ karena dalam ba'iat itu ikut seorang wanita bernama 'Afra binti 'Abid bin Tsa'labah serta Ba'iatul Aqabah ats Tsaaniyah /Perjanjian Aqabah kedua/ yang masing-masing menyatakan kesiapan dan kesanggupan penduduk Yatsrib /Madinah/ untuk setia terhadap Nabi dan membela beliau walaupun umat Islam saat itu masih bisa dihitung dengan jari alias masih dalam tingkat pertumbuhan.
Dan dengan pengertian serta perbedaan kedua arti kata itu, maka sekarang bisa diartikan sebagai dilarangnya Adam oleh Tuhan untuk melakukan persetubuhan/pertumbuhan dengan Hawa didalam Jannah tersebut, meskipun waktu itu Hawa sudah menjadi istri dari Adam.

Pertumbuhan itu adalah kata lain untuk pembuahan yang terjadi akibat hubungan suami istri
Karena itulah ayat AlQur'an tidak melarang Adam 'Jangan memakan' atau 'Jangan mengambil buah pohon' tetapi yang dinyatakan kepada Adam adalah 'Jangan mendekati pertumbuhan'.
Ingat, sewaktu pertama diciptakan, Adam telah diberitahukan oleh Allah mengenai hakekat segala sesuatunya.
AlQur'an memang melukiskan kejadian tersebut sedemikian rupanya melalui kalimat-kalimat yang halus dan baik sehingga menjadi sopan dan indah dengan perkataan Syajarah atau Syajaratu yang oleh para penafsir selama ini diartikan dengan pohon.
Mereka dapat dibujuk oleh Iblis agar melakukan persetubuhan tersebut lalu keduanya terjebak dan terbuai akan kenikmatan tersebut sehingga ketika mereka sadar mereka mendapati bahwa tubuh mereka sudah tidak lagi terbungkus dengan pakaian karena pakaian mereka sudah terlempar kesana kemari.
Dan ini bersesuaian dengan ayat 7:22 yang menyatakan bahwa setelah mereka merasakan "buah dari pohon itu" yang bisa diartikan "hasil /buah/ dari perbuatan mereka tersebut", mereka tersentak karena menyadari telah dapat melihat aurat masing-masing.
Dan mereka mulai menutupi aurat mereka dengan daun-daun yang ada dikebun tersebut secara refleks, sebab mereka tidak sempat lagi berpikir kemana pakaian mereka sebelumnya terlempar ... refkesi ini dapat saja terjadi karena begitu sadar mereka telah melanggar ketentuan dari Tuhan, saking paniknya mengambil apa saja untuk menutupi keadaan diri masing-masing, untuk selanjutnya Adam meminta ampun kepada Allah atas pelanggarannya itu.
Perbuatan Adam ini dinilai oleh Tuhan sebagai orang yang tidak memiliki kemauan yang kuat untuk memenuhi perintah Allah sebagaimana ayat 20:115, meskipun memang semuanya itu adalah kehendak dari Allah agar Adam turun kebumi dan menjadi khalifah disana.
Apa yang dilakukan oleh Adam dan istrinya itu, bukan suatu dosa sehingga semua manusia harus mewarisi dosa turunan mereka itu, Allah memang sebaik-baiknya perencana, jauh sebelum penciptaan Adam, Allah sudah berfirman akan menjadikannya sebagai khalifah dibumi, bukan di Jannah, dan Iblis tidak tahu itu sehingga dia menganggap bahwa dengan turunnya Adam kebumi, Adam akan dibenci oleh Tuhan dan akan berdosa seumur hidupnya serta akan diwarisi pula oleh keturunannya.

Sama sekali TIDAK !
Allah sudah mengampuni perbuatan Adam dan istrinya itu.
Adapun turunnya Adam kebumi adalah atas kehendak dan rencana Allah sendiri, bukan rencana Iblis !
Makanya hawa nafsu adalah salah satu dari sekian banyak hal yang amat berbahaya bagi manusia, dari peradaban dulu hingga jaman kita sekarang ini dan telah pula diingatkan oleh Rasulullah Muhammad Saw kepada umatnya sewaktu pulang dari peperangan Badar serta banyaknya ayat AlQur'an yang mengingatkan manusia perihal pengendalian hawa nafsu ini.
Dan ini menjadi semacam peringatan keras sekaligus pelajaran berharga bagi kita sebagai anak cucu Adam, bahwa betapa sukarnya untuk mengendalikan hawa nafsu, terutama kepada perempuan alias nafsu syahwat.

Selanjutnya Adam bersama istrinya itu diberi amanat oleh Allah agar turun kebumi
Itu membuktikan bahwa saat itu mereka tidak berada di Bumi !
Coba perhatikan ulang surah 2:36
"Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari Jannah itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman:"Turunlah!"
(QS: 2:36)
"Turunlah" itu adalah kalimah perintah, dan dalam bahasa Qur'annya adalah "ih bithu" , dan arti sebenarnya adalah : "Turun dari tempat yang tinggi.", seperti dari gunung, dan juga dipakai dengan arti "Pindah dari satu tempat kesatu tempat lain." Hal ini sama dengan yang dikatakan oleh Qur'an pada turunnya Nabi Nuh dari kapal kedaratan, jatuhnya batu dari tempat tinggi dan lain sebagainya.
Sebagian dari ulama juga berpendapat bahwa mengenai turunnya Adam ini bukan dari suatu tempat tinggi, katakanlah suatu planet yang ada diluar bumi ini, tetapi turun derajat dari yang tinggi kepada yang rendah didasarkan atas keadaan Adam yang telah berdosa. Sebenarnya pendapat demikian telah ditentang oleh Qur'an dalam surah 17:70 yang menyatakan bahwa Adam dan keturunannya tetap dipandang sebagai makhluk ciptaan Allah yang mulia, begitupun oleh surah 20:122 yang menjelaskan bahwa Allah telah memilihnya dan juga memberikan ampunan dan petunjuk.

Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami beri mereka kendaraan di darat dan di laut, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
(QS. 17:70)
Kita melihat bahwa AlQur'an disini juga tidak menjelaskan secara jelas, dimana Adam dan istrinya itu turun dan bertempat tinggal setelah diperintah oleh Allah keluar dari Jannah tersebut. Sehingga tetap akan selalu ada kemungkinan bahwa sebelum Adam berdiam di planet bumi kita ini, Adam dan istrinya telah terlebih dahulu turun dan mendiami bumi-bumi lainnya disemesta alam ini dan berketurunan disana, yang mana keturunan dari mereka ini akan menjadi Adam-adam pertama ditempat-tempat tersebut untuk selanjutnya mereka melanjutkan perjalanan mereka keplanet bumi ini sebagai bumi terakhir yang belum mereka kunjungi, dan merupakan tempat mereka tinggal selama-lamanya, hingga wafatnya.
AlQur'an sendiri menyatakan bahwa ada banyak sekali terdapat bumi-bumi lainnya diluar planet bumi yang kita diami ini:

Allah lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.
(QS. 65:12)
Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya. Padahal bumi-bumi itu semuanya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dalam kekuasaanNya. Maha Suci dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.
(QS. 39:67)
Kedua ayat yang kita muatkan diatas menunjukkan dengan pernyataan Allah bahwa bumi ini digandakan, sedangkan istilah "Ardhu" yang tercantum pada ayat 39:67 adalah Isim jamak atau noun plural yang dibuktikan dengan istilah "Jamii'aa" yang berarti semuanya. !
Adapun angka 7 yang dipakai didalam AlQur'an sebanyak 24 kali adalah untuk maksud yang bermacam-macam. Angka 7 ini sendiri dalam kaidah bahasa Arab dapat diartikan untuk menerangkan jumlah "Banyak" atau Tidak terhitung.

Hal ini sama halnya dengan orang-orang Yunani dan orang-orang Romawi yang menyatakan bahwa angka 7 mempunyai arti "Banyak" dalam makna jumlah yang tidak ditentukan.
Dalam Qur'an angka 7 dipakai 7 kali untuk memberikan bilangan kepada langit (Sama'), angka 7 dipakai satu kali untuk menunjukkan adanya 7 jalan diatas manusia.
Jadi cukup logis jika kita TIDAK menganggap bahwa Jannah itu sebagai surga yang dijanjikan kepada kita kelak, sebab jika tidak demikian, akan muncul beragam pertanyaan yang tidak terpecahkan.
Adapun beberapa pertanyaan tersebut adalah :

  1. Mungkinkah Adam dan Hawa tinggal disurga bersama Iblis penggoda dengan jasad kasar ?
  2. Lalu dimana surga tersebut ? Abstrakkah ? Konkretkah ?
  3. Apakah didunia ini ? sehingga begitu disuruh turun kedunia mereka seolah hanya tinggal menjejakkan kaki melangkah seolah Doraemon yang memiliki pintu ajaibnya ?
  4. Lalu bila syurga itu abstrak, bagaimana bisa Adam dan Hawa tinggal dalam suatu lingkungan abstrak sementara mereka sendiri terdiri dari materi atau benda yang berwujud ?
  5. Lalu bagaimana Iblis bisa keluar dari surga pada saat Adam diusir ?
  6. Jika Iblis memang sudah diusir dari surga oleh Allah sewaktu pertama kali ia ingkar atas perintah Allah bagaimana tahu-tahu Iblis bisa menggoda Adam dan Hawa yang masih disurga ?
  7. Sedemikian tipisnyakah shelter dari surga itu sehingga bisa ditembus oleh Iblis ?
  8. Apakah mereka juga makan dan minum dengan benda abstrak ?
  9. Apakah pakaian mereka juga abstrak ? termasuk daun-daun Jannah yang untuk menutupi tubuh kasar mereka ?
  10. Apakah benda-benda yang dikenal oleh Adam yang diajarkan oleh Allah 2:31 adalah abstrak ?
Sementara surga itu sendiri sebagaimana yang disyaratkan oleh Qur'an sebagai suatu tempat yang kekal, dimana tidak satupun dari makhluk yang bisa keluar dari dalamnya dan tidak akan ada larangan apa-apa disana karena statusnya adalah sebagai tempat yang suci dan tempat kebebasan.

"Dan orang-orang yang beriman serta beramal saleh, mereka itu penghuni surga, mereka kekal di dalamnya."
(QS. 2:82)
Lainnya lagi, Adam sudah diajarkan oleh Allah perihal nama-nama benda yang ada pada Jannah tersebut dan itu adalah konkret sebagaimana pula dengan diri dan keberadaan Adam, Hawa dan lingkungannya adalah nyata
Lalu ketika mereka ada dibumi, toh Adam dan istrinya terbukti tidak terlalu kaget dengan lingkungan barunya sebab dia sudah mengenal lingkungan itu karena memang lingkungan bumi tidak berbeda jauh dengan Jannah tempatnya tinggal pertama kali.
Masalah udara contoh lainnya ... jelas bahwa udara ditempat Adam tinggal dulu adalah sama dengan udara dibumi ini sebagai zat pernafasannya, begitupula keadaan tanah tempat mereka berpijak.
Mengenai keadaan Jannah ini, mari kita lihat petunjuk Allah dalam AlQur'an :

"Maka Kami berkata: "Hai Adam, sesungguhnya ini (Iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari Jannah, yang menyebabkan kamu menjadi aniaya.
Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang. dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak akan ditimpa kepanasan".
(QS. 20:117-119)
Apakah dalam surga ada matahari sehingga Adam dapat merasa panas ?
Jelasnya bahwa Jannah itu terletak disuatu tempat diluar planet bumi dan tempat dimana orang tidak akan pernah merasa lapar dan haus sebab didalam Jannah alias kebun yang subur itu ada banyak buah-buahan pengusir rasa lapar dan dahaganya serta tidak akan terkena panas matahari yang mengorbit didekatnya akibat kerindangan dari pohon-pohon yang ada didalam kebun itu sendiri. Juga tidak akan telanjang karena banyak sekali bahan yang dapat dijadikan sebagai pakaian penutup aurat.
Selanjutnya, Adam dan istrinya dikirim kebumi dengan kendaraan tertentu dari Jannah tersebut yang juga dikitari oleh Barkah disekeliling mereka sebagaimana juga terjadi pada Rasulullah Muhammad Saw Al-Amin pada waktu peristiwa Mi'rajnya.
Masalah Barkah dan perjalanan Nabi Saw ini kita bahas secara panjang lebar pada Mi'raj Nabi Muhammad ke Muntaha (Pengupasan surah An Najm 1 s.d 18) serta Mi'raj Nabi Muhammad ke Muntaha (Pengupasan surah Al Israa 1) yang juga akan diikuti dengan Mengungkap tentang Buraq, kendaraan penjelajah inter dimensi.
Kita kembali pada Adam dan Hawa, ketika mereka tiba diplanet bumi kita ini, pesawat/kendaraan mereka itu dikandaskan oleh Allah disuatu tempat sehingga terpisahlah Adam dan Hawa untuk sekian lamanya sehingga akhirnya mereka kembali berjumpa di padang Arafah, berjarak 25 Km dari kota Mekkah dan 18 Km dari Mina. (Arti dari Arafah sendiri adalah pertemuan.)
Atau bisa juga jika kita tetap beranalogi bahwa dari Jannah itu Adam dan istrinya langsung diturunkan keplanet bumi kita ini tanpa adanya persinggahan dibumi-bumi lainnya, mereka didaratkan terpisah oleh Allah sebagai pelajaran untuk mereka berdua agar dapat belajar mengendalikan hawa nafsu mereka masing-masing sekaligus memberikan kesempatan kepada Adam dan Hawa untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya dibumi ini yang tidak jauh berbeda dengan keadaan sewaktu mereka masih di Jannah. Hal ini dapat kita selami dari lamanya waktu mereka berpisah begitu mereka diturunkan dibumi dari Jannah (menurut salah satu riwayat sekitar 200 tahunan; Wallahu'alam)
Jelasnya saya berpendapat bahwa semuanya terjadi secara logis, sesuai dengan sifat dari AlQur'an yang mengutamakan kelogisannya
Memang benar, bahwa manusia sudah mengalami penerbangan antar planet atau tata surya, jauh sebelum apa yang disebut dengan Apollo atau Stasiun Mir dibuat oleh Amerika dan Rusia
Nabi Adam as bersama istrinya (Siti Hawa), adalah dua orang manusia ciptaan pertama Tuhan yang juga merupakan manusia pertama kalinya melakukan perjalanan antar planet atau juga antar dimensi, yang selanjutnya diteruskan oleh Rasulullah Muhammad Saw Al-Amin sebagai Nabi dan Rasul Allah sekaligus sebagai manusia pilot pelopor penjelajahan ruang angkasa di masa lalu dari keturunan Bani Adam.
Tentunya, penjabaran saya ini akan semakin membuat kontroversi yang berkepanjangan dari semua rekan-rekan, tetapi cobalah anda menyimak dengan teliti satu persatu secara perlahan semua apa yang saya tuliskan disini, dan anda ikuti alur pemikiran saya dengan cermat.
Dan untuk sementara ini saya baru menggunakan satu Hadist yang berupa Hadist Qudsi sebagai dalil pendukung, sebab saya masih melakukan penggalian terhadap AlQur'an sebagai satu-satunya sumber ilmu yang pasti karena merupakan wahyu Allah yang terjaga kesuciannya serta berfungsi sebagai dalil yang tidak terbantahkan !
Sampai saat ini, rasanya masih belum begitu banyak rahasia-rahasia yang terkandung didalam Qur'an dapat dipecahkan oleh manusia, meskipun wahyu Allah itu diturunkan sudah lebih daripada 14 abad yang lalu !!!
Qur'an masih tetap berupa kitab yang penuh misteri, baik ditinjau dari sudut ilmiah apalagi dari sudut ayat yang menerangkan tentang hal-hal ghaib.
Jadi makanya saya lebih condong mengatakan bahwa arti Jannah disana adalah kebun yang terletak disuatu tempat diluar bumi alias outer space !
Dan ini tidak bertentangan dengan semua ayat Qur'an manapun juga, sebab sebagai suatu tempat yang nyata yang terletak diluar planet bumi, Jannah alias kebun yang subur itu tentunya siapapun masih dapat memasukinya, karena dia tidak bersifat kekal.
Satu hal lainnya yang semakin menguatkan pendapat ini adalah pernyataan pada surah Al-Jin 72:9 :
"...Dan sesungguhnya kami dahulu dapat menduduki beberapa tempat di langit itu." (QS. 72:9)
Ayat ini dapat kita hubungkan dengan pembahasan kita ini bahwa pada masa lalu, memang benar kaum Malaikat, kaum Jin serta manusia (yang waktu itu Adam dan istrinya) berkumpul dalam suatu tempat yang bernama Jannah yang terletak di suatu tempat dilangit
Tetapi dengan diturunkannya Adam bersama Hawa kebumi dan diusirnya Iblis dari sana maka tempat tersebut diberikan penjagaan seperti yang termuat dalam ayat ke-8,9 dan 10 dari surah 72 tersebut.
"...kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api." (QS. 72:8)"...Tetapi sekarang barang siapa yang mencoba mendengarkan tentu akan menjumpai panah api yang mengintai." (QS. 72:9)
Ayat-ayat tersebut bersesuaian dengan surah Al-Mulk ayat 5, sekaligus menjadi penjelas apakah panah-panah api itu :

"Sesungguhnya telah Kami hiasi angkasa dunia itu dengan bintang-bintang menyala dan Kami jadikan dia hal yang diancamkan untuk syaitan, dan Kami sediakan semua itu untuk mereka selaku siksaan yang membakar."
(QS. 67:5)
Mari sekarang kita berbicara sedikit mengenai masalah bintang yang menyangkut pengetahuan dan science modern.
Bintang-bintang adalah seperti matahari, benda-benda samawi yang menjadi wadah fenomena fisik bermacam-macam, yang diantaranya yang paling mudah dilihat adalah pembuatan cahaya.
Bintang-bintang berbeda ukuran dan sifatnya, beberapa buah bintang lebih kecil daripada bumi, yang lainnya beribu kali lebih besar. Karena bintang memancarkan panas dan cahaya, astronom pernah salah menduga dengan mengira adanya pembakaran dalam bintang (pendapat ini dikemukakan oleh William Thomson, ahli fisika Skotlandia yang juga memiliki gelar Lord Kelvin).
Energi bintang dihasilkan karena pengubahan hidrogen (dalam AlQur'an disebut dengan istilah ALMAA' yang sering diartikan orang dengan Air) menjadi helium. Proses semacam ini yang menghasilkan sejumlah besar energi (dinamai Reaksi Nuklir), reaksi semacam itu terdapat dalam bom hidrogen. Tetapi reaksi dalam bintang berlangsung dengan laju tetap, karenanya energi yang terpancar keluar dapat dikatakan konstan sepanjang jutaan tahun.
Bintang, bahasa Arabnya Najm disebutkan dalam Qur'an 13 kali, kata jamaknya adalah Nujum; akar kata dari berarti Nampak. Sementara gugusan bintang sendiri yang disebut oleh manusia jaman sekarang dengan galaksi, oleh Qur'an disebut sebagai Al-Buruj (tertuang sebagai nama surah ke-85), dan bintang pada waktu malam diberi sifat dalam Qur'an dengan kata Thaariq, artinya yang membakar, dan membakar diri sendiri serta yang menembus. Disini menembus kegelapan waktu malam. Kata yang sama Thaariq, juga dipakai untuk menunjukkan bintang-bintang yang berekor; ekor itu adalah hasil pembakaran didalamnya.
Untuk memberi gambaran yang tepat mengenai bintang yang disifati oleh AlQur'an sebagai Thaariq, bisa kita perhatikan dalam ayat berikut :
"Demi langit dan yang datang pada malam hari, tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu ? yaitu bintang yang cahayanya menembus."
(QS. 86:1-3)
Bintang-bintang terbentuk dalam kabut-kabut debu dan gas yang amat besar (Nebula), permulaan terbentuknya bintang diawali dengan penumpukan debu dan gas yang tertarik oleh gaya tarik kesuatu tempat dalam nebula. Gaya yang kuat itu mendorong debu dan gas menjadi sebuah bola raksasa; ditiap tempat gaya itu mendorong kearah pusat bola. Walhasil, tekanan dipusat membesar, dan akibatnya suhu meninggi pula. (Alasan ini pula yang membuat pompa angin memanas setelah dipergunakan memompa ban sepeda).
Karena itulah pusat bola menjadi panas. Dan dengan makin mengecilnya bola akibat gaya tarik yang terus menerus menekan debu dan gas kepusat, menaiklah tekanan dan suhu dipusat bola. Selang beberapa waktu kemudian gas tersebut menjadi panas menyala dan lahirlah bintang baru.
Ini pulalah kiranya yang diartikan oleh AlQur'an dalam 67:5 dengan kata bintang menyala.
Jika hidrogen sebuah bintang habis terpakai, reaksi gaya baru segera mengikutinya dan suhu ditengah bintang naik, karenanya bintang menggelembung hingga menjadi raksasa atau maha raksasa. Bersamaan dengan itu terjadi pula perubahan lain. Bintang besar dapat meledak, bercahaya 100 juta kali lebih terang dari matahari. Dan bintang yang meledak itu dinamakan dengan Supernova.
Nah, sekarang, mari kita mulai membahas ...... dimanakah letaknya Jannah atau kebun tempat Adam dan istrinya dulu itu tinggal diluar bumi ? Apakah dalam planet-planet diatas orbit bumi (seperti Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto dan planet-planet lainnya yang kedudukannya berada diatas orbit bumi yang belum diketahui/ditemukan) ? Atau juga terletak diluar galaksi Bima Sakti kita ini ? Adakah disebutkan oleh Qur'an ? dan bisakah kita kesana ?

Hal ini mengingat bahwa Bima Sakti hanyalah satu dari sekian banyaknya (ribuan juta) galaksi yang ada didalam alam semesta (Pustaka Pengetahuan Modern : Bintang dan Planet hal.13)
Judul asli : Stars and Planets By Keith Wicks, Grolier International Inc 1989 dan dialih bahasakan oleh Prof. Dr. Bambang Hidayat (Guru besar Astronomi di ITB dan Direktur Observatorium Bosscha, ITB), Editing oleh Ganaco NV, Bandung dan penerbitan oleh PT. Widyadara, Jakarta.sumber : Oleh : Armansyah : http://reocities.com/Pentagon/Quarters/1246/adam.html

http://id-id.facebook.com/notes/kajian-islam-muslim-serta-kajian-agama-diluarnya-dll/mengkaji-dan-mengenal-makna-kata-surga-untuk-adam-as-part-2/269762856383241

Mengkaji dan Mengenal Makna Kata "Surga" Untuk Adam A.S (Part 1)


Ulama’ berbeda pendapat dalam permasalahan ini, jumhur (kebanyakan) ulama’ berpendapat bahwa surga yang dimaksud adalah surga yang ada di langit, yang kelak akan di huni oleh kaum mukminin, diantara dalil yang menguatkan pendapat ini ialah hadits As Syafa’ah berikut:
عن حذيفة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (يجمع الله تبارك وتعالى الناس فيقوم المؤمنون حتى تزلف لهم الجنة فيأتون آدم فيقولون يا أبانا استفتح لنا الجنة فيقول وهل أخرجكم من الجنة إلا خطيئة أبيكم آدم). رواه مسلم
“Diriwayatkan dari sahabat Huzaifah radhiallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassallam bersabda: Allah Yang Berkah dan Maha Tinggi akan mengumpulkan manusia, kemudian ketika surga telah didekatkan, maka kaum mukminun akan bangkit, dan mendatangi Nabi Adan alaihissalam, kemudian mereka akan berkata kepadanya: ‘Wahai bapak kami, mohonlah agar surga segera dibukakan untuk kami.’ Maka beliau menjawab: ‘Tidaklah ada yang mengeluarkan kamu dari surga, melainkan kesalahan bapakmu Adam?’” (HRS Muslim)
Dan juga hadits Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berikut ini:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : احتج آدم وموسى عليهما السلام عند ربهما فحج آدم موسى. قال موسى: أنت آدم الذي خلقك الله بيده ونفخ فيك من روحه وأسجد لك ملائكته وأسكنك في جنته ثم أهبطت الناس بخطيئتك إلى الأرض. رواه مسلم
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu ia berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassallam bersabda: Nabi Adam dan Nabi Musa ‘alaihimassalam pernah berdebat disisi Allah, maka Nabi Adam berhasil mengalahkan Nabi Musa. Nabi Musa berkata: ‘Wahai Adam, engkaulah orang yang Allah ciptakan langsung dengan Tangan-Nya, dan Allah meniupkan ruh-Nya kepadamu, dan memerintahkan para Malaikat untuk bersujud kepadamu, dan Allah juga telah memberimu kesempatan untuk tinggal di surga-Nya, kemudian engkau karena dosamu menurunkan seluruh manusia (anak keturunanmu) ke bumi.’” (HRS Muslim)
Dari kedua hadits ini dan juga dalil-dalil lain jumhur ulama’ berpendapat bahwa surga yang pernah dihuni Nabi Adam ‘alaihissallam beserta istrinya Hawa adalah surga yang ada di langit, bukan surga dengan pengertian taman yang indah yang ada di bumi.
Walau demikian ada sebagian ulama salaf yang berpendapat bahwa surga yang dimaksud ialah surga khusus yang telah Allah siapkan untuk menguji Nabi Adam ‘alaihissallam bersama istrinya Hawa. Kemudian ulama’ yang berpendapat demikian ini terbagi menjadi dua kelompok, yang pertama mengatakan: Surga khusus ini berada di langit, dan kelompok kedua mengatakan bahwa letak surga khusus ini ada di bumi.
Ulama’ yang mengatakan pendapat kedua ini beralasan: karena Nabi Adam ‘alaihissallam dan istrinya Hawa mendapatkan tugas agar tidak memakan satu jenis buah suatu pohon, dan Nabi Adam ‘alaihissallam tidur, dan juga Iblis dapat masuk ke dalamnya, semua ini menunjukkan bahwa surga yang dimaksud bukanlah surga yang akan dihuni oleh kaum mukminin kelak setelah datangnya hari qiyamat.
Bila di amati lebih jauh, maka pendapat jumhur ulama’ lebih kuat, karena didukung oleh pemahaman kedua hadits di atas.
Demikianlah secara singkat jawaban pertanyaan ini, bagi yang ingin mendapatkan penjelasan lebih banyak, silahkan baca kitab Al Bidayah wa An Nihayah 169-dst, oleh Ibnu Katsir rahimahullah, dan juga Al Qurtubhi dalam Tafsir-nya 1/302 -dst.
***

Di dalam al-Qur’an, Allah menceritakan bahwa Adam dan Hawa tinggal di dalam surga. Setelah mereka terbujuk rayuan Iblis, baru mereka disuruh turun ke bumi. Menurut pendapat mayoritas, bahwa surga yang dulu dihuni oleh Adam as. dan isterinya adalah surga yang kelak akan dirasakan kembali oleh orang-orang yang beriman di akhirat kelak. Namun Agus Mustofa berpendapat lain. Menurutnya, surga yang dihuni Adam as. bukanlah surga yang akan dinikmati orang-orang yang beriman di akhirat kelak. Jannah (surga) Adam berbeda dengan jannah (surga) yang dijanjikan Allah untuk orang beriman. Di dalam buku ini, Agus Mustofa menjelaskan ada 4 hal yang membedakan jannah (surga) Adam as. dengan jannah (surga) yang dijanjikan Allah kepada para hambanya yang beriman:
1. Kata jannah tidak selamanya hanya memiliki arti surga. Jannah juga dapat diartikan sebagai taman. Karena Allah seringkali menggunakan kata jannah untuk menggambarkan situasi yang penuh kenikmatan, seperti dalam surat al-Qalam: 17, “Sesungguhnya Kami telah menguji mereka (orang kafir Mekah) sebagaimana kami telah menguji pemilik-pemilik kebun (jannah), ketika mereka bersumpah bahwa mereka sungguh-sungguh akan memetik (hasilnya) di pagi hari”. Karena itu, Agus Mustofa berpendapat bahwa pemakaian kata jannah sangat berkaitan dengan situasi wilayah Timur Tengah yang sangat panas, gersang dan sulit air. Sehingga kata ‘taman’ sangat mewakili.
2. Kata jannah yang digunakan untuk peristiwa nabi Adam di dalam al-Qur’an hanya dimaknai dengan ‘taman’ yang dilengkapi makanan yang serba berkecukupan untuk kebutuhan hidup. Sedangkan jannah akhirat digambarkan lebih komplek lagi. Misalnya, surga di akhirat nanti ada bidadari, sedangkan yang di jaman nabi Adam tidak ada. Surga di akhirat nanti digambarkan ada minuman dari sungai madu, susu, khamar dan kafur, sedangkan di jaman nabi adam itu tidak ada. Demikian juga halnya fasilitas yang dijanjikan Allah di surga akhirat berbeda dengan fasilitas yang dirasakan Adam as beserta isterinya.
3. Perbedaan itu juga tampak dari keberadaan Iblis. Di jaman Nabi Adam, setan bisa berkeliaran memasuki jannah. Dan kemudian menggoda Adam dan Hawa, akan tetapi, di akhirat kelak, setan dijamin tidak bisa masuk jannah, karena. tempat mereka adalah neraka.
4. Perbedaan terakhir, jannah di akhirat diberikan sebagai ‘balasan’ atas segala amalan manusia di dunia ini. Sedangkan jannah nabi Adam adalah ‘fasilitas’ kehidupan dalam taman indah berisikan makanan serba berkecukupan dan pakaian yang disediakan untuk kebutuhan hidup Adam dan Hawa. (hal.154-155)


Sumber:
Ustadz Muhammad Arifin Badri
H. Rahmat Hidayat Nasution, Lc, kontributor artikel resensi buku situs penulislepas.com dan sinaimesir.com

 http://id-id.facebook.com/notes/kajian-islam-muslim-serta-kajian-agama-diluarnya-dll/mengkaji-dan-mengenal-makna-kata-surga-untuk-adam-as-part-1/269755913050602

Sekilas Perjumpaan Islam dan Gereja Orthodoks Koptik


Oleh: Bambang Noorsena



bullet
bullet
bullet


Allah, Allah fi ahl adz adzimmi, ahl al-madarati as sauda’i as ssuhmi al-ji’adi, faa inna lahum nasaba wa shihran. Artinya:Allah, dan Allah terhadap orang-orang dzimmi, yaitu kaum Koptik di negeri yang banyak pepohonan, yang berkulit hitam dan berambut ikal, karena sesungguhnya mereka adalah nasab dan kerabatku (Hadits Muhammad SAW).[1]

          Sejarah perjumpaan Islam dengan Gereja Orthodoks Koptik sudah dimulai sejak jaman Nabi Muhammad masih hidup, dan selanjutnya kedua umat ini dengan suasana persahabatan merajut masa depan bersama, meskipun diakui kadang-kadang ada beberapa gesekan kecil-kecil yang lebih didorong oleh faktor politik dalam rentangan panjang sejarahnya yang hampir empat ratus tahun itu. Sumber sejarah Islam juga mencatat, bahwa istri ke-11 Nabi Muhammad adalah seorang perempuan Kristen Koptik, yaitu Mariyah al-Qibtiyah (Mary the Coptic), yang telah melahirkan baginya seorang laki-laki bernama Ibrahim.[2] Gadis Mesiryang akhirnya dinikahi oleh Muhammad itu adalah hadiah dari Muqauqis, pembesar Mesir yang menolak memeluk Islam, tetapi menyambut seruan Muhammad dengan rasa simpatik dan penuh persahabatan.
          Sebagaimana diketahui, bahwa pada masa kehidupan Muhammad, kira-kira pada masa-masa antara perjanjian Hudaibiyah hingga menjelang kematiannya, Nabi umat Islam ini mengirimkan surat-surat dakwah kepada raja-raja Arab maupun non-Arab untuk menerima Islam. Sebuah catatan menarik dari Ibnu Hisyam patut dicatat di sini, bahwa Muhammad membagi murid-muridnya untuk menyampaikan dakwah Islam kepada penguasa-penguasa politik pada zamannya, sebagaimananya ‘Isa al-Masih telah mengutus al-hawariyun (rasul-rasul),[3] menyebarkan syiar Injil ke pelosok-pelosok dunia. Dengan membandingkan perjalanan misi murid-murid ‘Isa al-Masih, lengkap dengan nama-nama dengan wilayah pelayanannya,[4] Ibn Ishaq mencatat para utusan Nabi: Salt al-‘Amir bin ‘Abdu Syam diutus kepada Haudhah bin ‘Ali, penguasa Yamamah, Al-‘Ala al-Hadrami kepada Al-Mundhir bin Sawa, penguasa Bahrain, ‘Amr bin ‘Ash kepada Ja’far bin Julanda dan ‘Abbad, keduanya adalah pembesar Oman, Dihyah bin Khalifah al-Kalbi al-Khazraji kepada Heraclius, Kaisar Roma dan Hatib bin Abu Balta’a kepada Muqauqis, penguasa Iskandariya.

 Surat Muhammad kepada Negus (Najasyi) al-Ashham,Raja Habshah


          Menurut sumber-sumber sejarah Islam, diantara para penguasa Kristen yang menanggapi positip seruan Muhammad adalah Najasyi al-Ashham dan Muqauqis. Sikap ini menjadi awal hubungan yang sangat baik antara Islam dan Kristen selanjutnya. Sebelum seruan kepada Muqauqis, ketika umat Islam dalam keadaan kritis karena ditekan oleh kaum kafir Quraisyi, Negus al-Ashham, raja Habsyah, negara Kristen yang wilayahnya pada waktu itu secara yurisdiksi gerejani berada di bawah Gereja Orthodoks Koptik di Mesir, telah mengulurkan tangan persahabatan untuk membantu umat Islam. Meskipun historisitas surat-surat Muhammad itu dapat diterima, tetapi kisah-kisah di sekitar tanggapan penguasa-penguasa Kristen atas surat-surat itu disajikan dengan varian perbedaan, sehingga diperlukan kajian kritis lebih lanjut. Misalnya, beberapa riwayat menyajikan bahwa Negus (Najasyi) akhirnya masuk Islam, ternyata masih menjadi perdebatan di kalangan sejarahwan Islam sendiri.[5]
          Meskipun demikian, surat Muhammad kepada Negus, menyajikan fakta paling dini mengenai paham Kristologi Islam. Maksudnya, sekalipun pada akhirnya menghasilkan kesimpulan yang berbeda dengan kristologi gereja, tetapi berangkat dari dalil yang sama dengan Injil Yohanes yang menyebut ‘Isa al-Masih sebagai Firman Allah (Arab:al-Kalimah) dan kelahiran perawaniah (the virgin of birth) ‘Isa dari Sayidatina Maryam melalui Roh Allah. Dalam surat ini, setelah ditekankan keesaan Allah, maka disusunlah pengakuan Muhammad akan ‘Isa dalam format credo (syahadat) sebagai berikut: 
Wa ashhadu ‘ana ‘Isa bnu Maryama Ruhu llah wa Kalimatuhu al-qaha ‘ila Maryam al-Batuli al-thabiyah ath thahirah al-muthaharath al-hashinah. Artinya: Dan aku bersaksi bahwa ‘Isa Putra Maryam adalah Roh Allah dan Firman-Nya yang dijatuhkan kepada Maryam, perawan yang baik, suci, lagi memelihara diri.[6]
          Membaca surat Muhammad di atas, baik orang Kristen maupun Islam dapat lebih meningkatkan dialog-dialog teologis yang fair mengenai tema ‘Isa sebagai Kalimat Allah ini. Sebab baik klaim Kristen atas keilahian-Nya, maupun Islam yang menerima kelahiran-Nya dari seorang perawan dan sekaligus menegaskan penolakan atas kelahiran ilahi-Nya, sama-sama berangkat dari gelar yang sama tersebut. Dan tidak boleh dilupakan, dan hal itu agaknya didukung oleh data ini, bahwa sekalipun Islam menekankan gelar ‘Isa sebagai Firman Allah dan Ruh-Nya, tetapi tidak lebih dan tidak kurang tetap menolak kelahiran Ilahi-Nya dari Allah (The Divine Birth of Jesus Christ).[7]
          Walaupun dalam hal ini Islam dan Kristen tidak mencapai titik temu, tetapi ternyata tidak mengurangi sikap hormat Negus al-Ashham kepada pandangan teologis kaum Muslimin tersebut. Inilah makna dialog yang otentik, yaitu ketika seorang dapat menghormati perbedaan dan merayakan perbedaan itu sebagai nilai azasi dalam kehidupan. Sikap simpatik Negus ini direspon pula secara positip dengan sikap hormat yang sama oleh Muhammad dan kaum Muslimin. Nabi Muhammad sendiri, ketika mendengar kematian Negus, langsung mengadakan shalat ghaib bersama sahabat-sahabatnya, bahkan peristiwa itu menjadi awal disyariatkannya ibadah ini kepada kaum Muslimin.[8] Bahkan Ibnu Hisyam juga mencatat riwayat bahwa Muhammad melihat ada cahaya dari pemakaman Najasyi. Menurut Hasan Ibrahim, fakta-fakta ini menjelaskan kepada kita betapa kaum Muslimin sangat mengagumi Najasyi.
          Meskipun ada beberapa versi yang berbeda-beda dalam kitab-kitab tarikh, tetapi surat Muhammad ini masih bisa dilacak historisitasnya. Karena baru-baru ini manuskrip asli surat ini berhasil ditemukan kembali ini dan pernah diumumkan oleh Raja Husein di Yordania, dan setelah dinyatakan keasliannya kini disimpan di Museum Inggris. Lain halnya dengan surat jawaban Najasyi dan kisah-kisah di seputar “masuk Islam”-nya Raja Habsyah tersebut tidak ada bukti sejarah yang secara kuat mendukungnya.
          Berikut ini teks surat Muhammad kepada Najasyi Al-Ashham, Raja Habsyah, berdasarkan versi Sirah al-Halabiyah dalam bahasa Arab dan terjemahannya :
          Artinya: “Dengan Nama Allah yang maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dari Muhammad Rasul Allah untuk Najasyi al-Ashham, Raja Habsyah. Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepadamu. Sesungguhnya aku menyampaikan pujian kepada-Mu, Ya Allah, yang tidak ada ilah selain Dia, yang mempunyai Kerajaan, Yang Mahasuci, Pemberi kesejahteraan, kesentosaan dan Perlindungan. Dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya ‘Isa Putra Maryam adalah Roh Allah dan Firman-Nya yang disampaikan kepada Perawan Maryam yang baik, suci dan disucikan, lagi memelihara dirinya. Kemudian ia hamil mengandungkan ‘Isa, dan Allah telah menciptakannya dari Ruh-Nya dan meniupkannya, sebagaimana Allah menciptakan Adam dan  meniupkannya. Sesungguhnya aku menyerumu kepada Allah Yang Mahaesa, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan agar selalu bersikap taat kepada-Nya, lalu ikutlah aku dan berimanlah kepada yang aku bawa karena sesungguhnya aku Rasul Allah. Aku telah mengutus kepadamu anak laki-laki pamanku, yakni Ja’far, dan serombongan kaum Muslimin yang menyertainya. Semoga keselamatan untuk orang yang mengikuti petunjuk”[9]

Surat Muhammad kepada Muqauqis, Penguasa Iskandariya

  
          Menurut Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, sebelum mengirimkan surat dakwahnya Muhammad mengumpulkan para sahabatnya dan berkata: 
Ya ayyuha an-nas, inna llaha khad ba’atsani rahmatu li an-nas kaffata faa lan takhtalifu alayya kama akhtalafa al hawariyyuna ‘ala ‘Isa bni Maryam. Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya aku ini diutus Allah sebagai rahmat bagi seluruh manusia, maka janganlah kamu menentangku sebagai kaum Hawari menentang Isa bin Maryam.” 
          Para sahabat mendengar sabda Muhammad itu, lalu bertanya: “Bagaimana kaum hawariy menentang Isa, ya Rasulullah?” Nabi menjawab: “Da’ahum ila alladzi da’utukum ilaihi faa amma man ba’atsahu mab’atsan qariban faradhiya wasallama, wa amma man ba’atsahu mab’atsan baidan fakariha wa wajhuhu wa tatsaqala. Artinya: “Isa memanggil mereka seperti aku memanggilmu. Orang yang diutusnya ke tempat yang dekat rela dan menerima dan orang yang diutusnya ke tempat yang jauh tidak senang air mukanya dan merasa keberatan.”[10]
          Salah satu surat Muhammad dikirimkan kepada Al-Muqauqis, Gubernur Mesir, dibawa oleh sahabat Hathib bin Ali Baltaa’. Bunyi teks asli surat tersebut, menurut Sirat al-Halabiyah,[11] adalah sebagai berikut :
“Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dari Muhammad Utusan Allah, kepada Muqawqis, Pembesar Qibthi (Mesir). Kesejahteraan semoga atas orang yang mengikuti petunjuk. Sesungguhnya aku berseru kepada engkau dengan seruan Islam, Islamlah engkau agar engkau selamat. Allah akan memberi pahala engkau dua kali lipat. Maka, jika engkau menolak, sesungguhnya atas engkaulah dosa segenap rakyat Qibthi. Wahai Ahli Kitab, Marilah kepada suatu kalimat yang sama antar kami dan engkau semua, yaitu janganlah kita mempersekutukan Dia dengan yang lain beberapa Tuhan yang selain Allah. Jika kamu berpaling, katakanlah olehmu: “Saksikanlah, bahwa sesungguhnya kami orang-orang Islam.”[12]
          Dalam sejarah Islam, surat dakwah Muhammad itu ditanggapi Muqawqis dengan simpatik. Meskipun Muqawqis akhirnya menolak untuk masuk Islam, tetapi ia menyambut ramah utusan Muhammad, dan ia mengirimkan 2 orang sahaya cantik, bernama Mariyah al-Qibthi dan Sirin al-Qibthi, 20 helai kain sutra Mesir, seekor bighal kelabu bernama Dudul, dan beberapa hadiah lainnya. Muhammad akhirnya mengambil Mariyah al-Qibthi sebagai istrinya, sedangkan Sirin al-Qibthi dihadiahkan Muhammad kepada sahabatnya, penyair Hassan bin Tsabit.
          Balasan atas sambutan Muqawqis yang sangat ramah kepada utusan Muhammad adalah sanjungan Muhammad kepada penduduk Mesir, khususnya mereka yang berdarah Koptik, yang menurut wasiat Muhammad agar penduduk Koptik itu diperlakukan dengan baik, sebagaimana yang dicatat dalam sabdanya: Idza fatahtum mishra fastushu biahliha khairan, fain lahum dzimmatu wa rahiman. Artinya: “Apabila kalian berhasil menaklukan Mesir, maka wasiatkanlah hal-hal yang baik kepada penduduk Koptik, karena mereka menanggung beban dan kekerabatan.”[13]
          Ketika berhasil menaklukkan Mesir, pidato pertama ‘Amr bin al-‘Ash mengacu pada wasiat Muhammad tersebut, dan memperlakukan kaum Koptik dengan sangat hormat.[14] Menurut sumber sejarah gereja Koptik sendiri, ‘Amr bin al-‘Ash bersama pasukannya tiba di Mesir pada tanggal 12 bulan ‘Baunah tahun 357 Anno Martyri (li diqladianus qatal asy syuhada’),[15] kira-kira bertepatan dengan 26 Mei atau 24 Juni 640 Masehi.

Sosok Muqawqis Dalam Sejarah Islam dan Gereja Orthodoks Koptik

 

          Dalam sejarah Islam, biasanya Muqawqis digambarkan dengan cukup positip, mungkin karena sikapnya yang positip dalam menyambut utusan Muhammad. Kenyataannya, sosok Muqawqis tidak seterang yang digambarkan, ia merupakan sosok yang tetap misterius. Menurut sumber sejarahwan Kristen Barat, ia lebih ditonjolkan sebagai seorang pengkhianat, karena ditengah-tengah berkecamuknya perang antara Romawi dengan Islam, ia sibuk menawarkan perundingan dengan ‘Amr bin al-‘Ash.[16] Sebaliknya, di mata sejarahwan Islam ia dipandang sebagai, setidak-tidaknya, seorang musuh yang baik dan tidak menyulitkan. Meskipun di beberapa literatur tarikh digambarkan, Muqawqis sebenarnya menerima dakwah Muhammad, tetapi ia lebih cinta kepada kedudukannya sebagai seorang Gubernur.
          Tetapi menurut ahli sejarah lain, Muqawqis sebenarnya tidak menerima Islam, melainkan sejak semula sudah menyadari kekuatan Muhammad, dan mempertimbangkan lebih baik menyerah sebelum dikalahkan secara tidak hormat. Dan atas sikapnya ini, Kaisar Heraklius sangat marah dan memaki-maki anak buahnya itu,[17] yang tidak lain adalah Gubernur sekaligus Patriakh dari Gereja Orthodoks Yunani yang diangkat demi mengamankan posisi politik Byzantium atas kontrol wilayah Mesir. Siapakah Muqawqis ini menurut sejarahwan Gereja Koptik? Sosok ini tidak bisa dikenal tanpa melihat latarbelakang politik Byzantium atas Mesir, dan negara-negara taklukannya di Timur Tengah pada umumnya.
          Ketika menggantikan kaisar pendahulunya, Yustinianus I (527-565 M), Heraklius (610-641) melanjutkan kebijakan politik uniformitas politik dan agama atas daerah-daerah taklukkannya. Dalam rangka itu, ia mengangkat Cyrus pada tahun 631 sebagai “prefek” atau kepala wilayah (Gubernur) sekaligus Patriakh Gereja Orthodoks Yunani di seluruh Mesir. Cyrus memaksa kaum Koptik yang menolak Konsili Kalsedon tahun 451 untuk meninggalkan paham yang dituduh Monofisit itu. “Muqawqis”, tulis Geston Wiet, pada umumnya disetujui, ia adalah Cyrus, Patriakh Yunani yang ditempatkan Heraklius sebagai administrator sipil negara di Mesir.”[18] Karena itu pula, Muqawqis sebenarnya bukan nama diri, melainkan sebuah gelar atau jabatan. Menurut D.Goeje dan Karabacek gelar Muqawqis adalah bentuk Arab dari gelar penghormatan dari bahasa Yunani megaukes (al-Muktabir), sejajar dengan gelar megaloprepestatos, eudozotatos dan eukleestatos yang berarti “Paduka Yang Mulia”. Gelar-gelar ini ternyata paralel dengan fragmen papyrus yang ditemukan di wilayah Mesir pada zaman penaklukan Islam.[19]
          Menurut beberapa sejarahwan, Muqawqis adalah seorang strategos, yang di dalam bahasa Arab biasanya diterjemahkan dengan sahib al-mauna, atau ‘amala al-mauna (perwira militer dan pemungut pajak bumi).[20] Salah satu yang memudahkan penaklukan Mesir, adalah kenyataan beratnya pajak yang harus oleh orang-orang Orthodoks Koptik yang dibebankan oleh pemerintah Byzantium benar-benar dibenci oleh rakyat setempat. Karena itu, orang-orang Koptik yang benar-benar tidak puas dengan kekuasaan Yunani telah siap membantu penyerbu-penyerbu Islam.[21]
          Menurut sumber sejarah Gereja Koptik, ketika Cyrus (Muqawqis) tiba di Iskandaria yang diduduki oleh Anba Benyamin yang dipilih langsung oleh rakyat Mesir, yang membawa misi dari Heraklius untuk memaksa rakyat Mesir meninggalkan Kristologi non Kalsedonia mereka. Untuk itu, Cyrus melakukan penganiayaan demi penganiayaan yang sangat keji. Akan tetapi Patriakh Benyamin menerima visi Ilahi untuk segera meninggalkan Iskandaria dan mengungsi ke padang-padang bersama dengan uskup-uskupnya. Ketika, Muqawqis dengan tentaranya memasuki Iskandaria untuk menangkap Benyamin, mereka tidak menemukannya, melainkan Menas, saudara sang Patriakh sendiri, yang akhirnya ditangkap, disiksa dan dibunuh dengan cara yang sangat keji.[22] Dalam masa penganiayaan imperium Kristen Barat Byzantium atas Gereja Orthodoks Koptik (451-641 M), Menas adalah martir pertama yang dibunuh ditangan Cyrus al-Muqawqis.[23] Pembunuhan ini terjadi 6 tahun sebelum kedatangan pasukan Islam yang dipimpin oleh ‘Amr bin al-‘Ash. Dalam suasana seperti itu perebutan kekuasaan Islam dari tangan Byzantium tidak mendapatkan kesulitan yang berarti, lebih-lebih karena dukungan orang-orang Kristen Koptik yang menghendaki perubahan kekuasaan dalam keadaan apapun juga.
          Dalam pertempuran ini, Islam tampil sebagai pemenang dan Cyrus menandatangani perjanjian damai. Mesir diwajibkan membayar pajak (jizyah) kepada pemerintahan Islam dengan imbalan kebebasan beragama. Namun kebebasan ini tidak hanya dinikmati oleh orang-orang Orthodoks Yunani yang dipimpinnya, tetapi terutama oleh orang-orang Orthodoks Koptik yang selama itu ditindasnya. Islam sendiri tidak membedakan perbedaan madzab di kalangan Kristen, mereka lebih tertarik memanfaatkan hasil propinsi taklukannya, ketimbang mencampuri urusan agama. Harus dicatat, penaklukan Mesir oleh tangan Islam itu, bagi orang-orang Orthodoks Koptik justru merupakan kebebasan Mesir dari penindasan Byzantium. Dikisahkan bahwa setelah kemenangannya, ‘Amr bin al-Ash menanyakan keberadaan Anba Benyamin: “Saya tidak melihat Hamba Allah yang saleh dan mulia yang pernah saya jumpai di seluruh wilayah Mesir.”[24]
          Maka Anba Benyamin akhirnya keluar dari tempat persembunyiannya, setelah sebagian besar kaum Orthodoks Yunani diantarkan oleh pasukan Islam untuk meninggalkan Mesir menuju Cyprus.[25] Sedangkan dari kaum Melkit Yunani itu, bila menghendaki mereka diijinkan tinggal di Mesir dengan syarat mereka diizinkan tinggal di Mesir dengan syarat mereka mereka harus menerima ketentuan pemerintah Islam, termasuk membayar jizyah dan bersedia hidup berdampingan dengan Islam dan kaum Orthodoks Koptik, yang melalui pemerintahan Islam tersebut. Sejak saat itu kaum Koptik menjalani kebebasan beragama, bahkan gereja-gereja dan biara-biara mereka yang selama itu dirampas Byzantium, dikembalikan kepada mereka oleh pemerintah Islam. Hubungan baik Islam dengan kaum Koptik itu selanjutnya berjalan cukup harmonis, meskipun orang Kristen Barat dan kaum fundamentalis Islam acap kali menodai hubungan kekerabatan itu.
[1] Abu Muhammad Ibn Hisyam, Sirah An Nabawiyah li Ibn Hisyam Juzz I (Dimasyq: Dar al-Khair, 1412 H/1992 M),h.7.
[2] Aisyah Bintusy Syathi, Istri-istri Nabi: Fenomena Poligami Di Mata Seorang Tokoh Wanita (Jakarta: Pustaka Mantiq, 1998). Menurut sejarah turunnya surah 66 At Tahrim juga untuk membela Mariyah al-Qibtiyah dari serangan istri-istri Muhammad, terutama ‘Aisyah. Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad menyetubuhi Mariyah di rumah Hafsah bin Umar bin Khattab, istrinya. Hafsah protes. Tetapi Nabi berkata: “Apakah anda tidak puas jika kuharamkan Mariyah dan tidak kudekati lagi?” Jawab Hafsah: “Baiklah”. Lalu sabda Nabi: “Jangan kau ceritakan hal ini kepada siapapun”. Tetapi akhirnya Hafsah menceritakannya kepada Aisyah, dan menyebabkan kehebohan di rumah tangga Muhammad. Maka turunlah teguran Allah kepada Muhammad: Ya Ayyuhan Nabi, lam tahrimu maa ahalla llahu laka, yabtaghi mardhatu azwajika, wa llahu ghafurur rahim. Artinya: “Wahai Nabi, mengapa engkau mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah bagimu semata-mata karena mengambil hati istrimu. Dan Allah Pengampun dan Penyayang” (Surah At Tahrim/66:1).Lihat: Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim. Jilid IV (Beirut: Dar al-Fiqr, 1412 H/1992 M),h. 464-465.
[3] Kata Arab al-Hawariyun adalah pinjaman dari bahasa Habsyah (Ethiopia) yang artinya “utusan-utusan, rasul-rasul”. Lih. Arthur Jefferey, The Foreign Vocabulary of the Qur’an (Lahore: Al-Bintuni, 1977). Dalam makna Kristen, istilah ini diterapkan bagi murid-murid Yesus, bukan kepada Nabi-nabi yang menerima wahyu Allah, seperti yang digunakan dalam Islam. Istilah “Hawari” paralel dengan istilah Ibrani sheliah, yang dalam konteks agama Yahudi pra-Kristen diterapkan bagi “utusan-utusan dari Kohen (Imam) di Bait Allah maupun sinagoge”. Dalam Iman Kristen Yesus adalah Imam Besar dan murid-muridNya adalah sheliah (utusan-utusan) yang membantu pekerjaanNya.
[4] Teks lengkap dalam bahasa Arab, lengkap dengan terjemahannya dalam bahasa Indonesia sebagai berikut:
 
Artinya: “Dan ‘Isa Putra Maryam as. Mengirimkan murid-muridNya dan generasi kedua setelah kaum Hawari itu menyebar ke pelosok-pelosok dunia: Petrus sang Murid (dan Paulus yang berasal dari masa belakangan, dan tidak termasuk murid langsung Yesus) ke Roma, Andreas dan Matius ke tanah kanibal, Tomas ke Babel dan wilayah sebelah timur, Filipus ke Kartago di wilayah Afrika, Yohanes ke Efesus, kota kaum muda Ashhab al-Kahfi, Yakobus ke Yerusalem, yaitu Ilya atau kota Bait al-Maqdis, Bartolomeus ke negeri Arab, yaitu wilayah Hijaz, Simon ke wilayah Barbar, dan Yahuda yang tidak lagi menjadi murid-murid Yesus, dan posisinya digantikan oleh Yudas (Matias, penulis)”. Lih. Sirah Nabawiyah li Ibn Hisyam, Juzz IV, h.192.
[5] Menurut Dr.Hasan Ibrahim Hasan, Guru Besar Islam di Universitas Kairo, kisah masuk Islamnya Najasyi ini sangat dipengaruhi oleh sikap raja Kristen yang sangat simpatik kepada delegasi Islam Mekah. Malahan pula, ketika kaum Musyrikin Mekah mengirim delegasi kepadanya untuk orang-orang Muslim yang mengungsi ke Habsyah, dengan tegas Najasyi menolak dan tetap melindungi kaum Muslim. Kisah-kisah masuk Islamnya Negus sangat meragukan, karena Islam tidak muncul di Habsyah sesudah peristiwa itu melainkan baru pada masa-masa belakangan. Hal ini didukung oleh riwayat Ath Thabari dan Ibnu Atsir yang menceritakan bahwa pada masa Kalifah Umar orang Habsyah masih menyerang perbatasan negeri kaum Muslim, sehingga Umar mengirimkan ‘Alqamah bin Mujzar al Mudallaj bersama kaum Muslim untuk mengadakan patroli di laut. Lih. Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jilid I (Jakarta: Kalam Mulia,2002),h.316-317.
[6] K.H Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Jilid 4 (Jakarta: Gema Insani, 2001), h.93. Buku ini memuat surat Muhammad kepada Najasyi menurut ulama ahli tarikh Sirah al-Halabiyah. Al-Qalqashyandi, dalam kitabnya Shubh al-A’sya. Jilid VI, memuat versi yang lebih singkat. Ibid, h.305.
[7] Berbeda dengan kesimpulan Gereja bahwa Firman Allah yang diterapkan bagi Yesus itu bersifat qadim (kekal) dan ghayr al-makhluq (bukan ciptaan), sebagaimana akhirnya ilmu Kalam Islam menerapkannya dalil paralel kepada al- Qur’an sebagai Kalam Allah yang kekal, dalam surat Muhammad kepada Najasyi ini ditekankan bahwa kalimah yang diterapkan bagi ‘Isa itu bersifat muhdish (baru). Hal ini tampak dari ungkapan faahamalat bi ‘Isa, khalaqa llahu min ruhihi wa nafkhihi kamma khalaqa Adama biyadihi wa nafkhihi (Maka dikandungnya ‘Isa, dan Allah menciptakan ‘Isa dari Ruh dan tiupan-Nya, sebagaimana penciptaan Adam dari tangan dari tiupan-Nya). K.H.Moenawa Khalil, Op.Cit, h.94.
[8] Khalid Sayyid Ali, Surat-surat Nabi Muhammad (Jakarta: Gema Insani Press, 1990),h.24.
[9] Ibid, h.94-95.
[10] Ibn Hisyam, Op.Cit.h.192.
[11] Surat ini diriwayatkan oleh sebagian ulama tarikh tetapi menurut al-Wakidi bunyi surat yang dikirimkan kepada al-Muqawqis tidak seperti itu melainkan lebih ringkas lagi. Mengenai murid Yesus yang diutus ke tempat yang jauh, maksudnya Tomas yang menolak diutus ke India sebagaimana dicatat dalam buku-buku sejarah gereja abad permulaan, yang rupanya cukup dikenal Ibnu Hisyam. Dalam kisah itu, Rasul Tomas, atas ijin Tuhan, akhirnya dijual sebagai seorang budak raja Gundhapur, dan justru menjadi awal berdirinya 7 gereja Syria di India Selatan.
[12] K.H.Moenawar Chalil, Op.Cit.h.95.
[13] Ibnu Hisyam, Op.Cit,h.9-10.
[14] A.Wessels, Arab and Christian? Christian in the Middle East (Kampen, Netherland: Kok Parhos Publishing House, 1995), p.130.s
[15] Anna Martyri adalah tahun Koptik yang dihitung dari masa penganiayaan imperium Romawi atas Kekristenan, yang berpuncak pada masa Kaisar Dakhius tahun 284 Masehi. Lih. B.T.A. Evetts (ed), The Churches and Monasteries of Egypt and Some Neighouring Countries. Attributed to Abu Salih, The Armenian (Oxford: At The Clarendon Press, 1969),p.79.
[16] “Siapakah persisnya Muqawqis si pengkhianat ini? Ia tidak lain Cyrus, Patriakh Yunani itu, ataukah sosok imajiner belaka?”, begitu sejarahwan Pere de Henaut, seperti dikutip oleh Iris Habib al-Misri, The Story of the Copts (Kairo: The Middle East Council of Churches, tanpa tahun),h.277-278.
[17] Hasan Ibrahim Hasan, Op.Cit, h.313-315.
[18] Iris Habib al-Masri, Op. Cit,h.280.
[19] Ibid, h.82
[20] Ibid.
[21] Bernard Lewis, Bangsa Arab dalam Lintas Sejarah (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1988),h.42.
[22] Azis S.Atiya, History of Eastern Christianity (Notre Dame, Indiana: University of Notre Dame Press, tanpa tahun), p.80-81.
[23] Irish Habib al-Misri, Op.Cit, h.279.
[24] Irish Habib al-Misri, Op.Cit,h.281.
[25] Anton Wessels, Loc.Cit.

http://www.angelfire.com/id2/yakos/Perjumpaan.htm#_ref1